Mahasiswa UTI Ciptakan Pembangkit Listrik Biomassa Berbasis IoT


IOT

Ilustrasi IOT

Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) yang berjuluk Kampus Hijau Sang Juara tak henti-hentinya selalu berinovasi dan berkarya.

Terbaru, inovasi dan karya mahasiswa UTI adalah membuat pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) berbasis Internet of Things (IoT) yang ramah lingkungan.

Karya tim mahasiswa yang terdiri atas Laurensius Kevin, Fatul Kholik M., Hendri Saputra, Hengki, Galang Ramadhan, Nanda Dana Pala, itu berkat bimbingan dosen berkompeten dalam bidang ketenagalistrikan. Ini juga menjadi bukti dengan raihan sertifikat UI-Greenmetric sebagai Kampus Hijau Terbaik Sumatera.

Dosen pembimbing Jaka Persada Sembiring menjelaskan PLTBM berbasis IoT merupakan karya mahasiswa Teknik Elektro yang memanfaatkan briket sebagai bahan bakarnya.

Menurutnya, PLTBM merupakan salah satu energi terbarukan dengan memanfaatkan bahan bakar yang ramah lingkungan. Juga dibuat untuk memanfaatkan energi yang bisa diperbaharui. Karena pemanfaatan di pembangkit saat ini masih menggunakan energi fosil.

"Oleh karena itu, mata kuliah Sistem Energi Baru Terbarukan (SEBT) mencari solusi agar dapat lebih bijak menggunakan energi terbarukan yang ada di sekitar kita," kata Jaka dalam keterangan tertulisnya yang dikutip melalui lampung.rilis.id, Jumat (28/1/2022).

Dijelaskannya, prinsip kerja PLTBM pada dasarnya seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Perbedaan pada dua pembangkit listrik ini adalah bahan bakarnya.

"Pada pembangkit PLTU menggunakan bahan bakar fosil yaitu batu bara. Batu bara sebagai bahan bakar pada PLTU tersebut akan habis di masa yang akan datang," ujar Jaka.

Sedangkan bahan bakar biomassa, sambung Jaka, menggunakan briket yang bisa dimanfaatkan kembali dan tidak akan habis. Briket merupakan limbah kayu yang dibakar kemudian dipadatkan.

"Cara kerjanya adalah briket dibakar untuk memanaskan air di dalam boiler kemudian setelah mendidih akan mengeluarkan uap. Uap akan keluar melalui selang katup untuk memutar turbin yang terkopel dengan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Hasil abu briket dapat dipergunakan sebagai pupuk kompos tanaman," tambah Novia Utami Putri, dosen pembimbing lainnya.

Dalam pembuatannya, PLTBM memerlukan beberapa komponen seperti kaleng pewangi ruangan sebagai boiler, kaleng pembasmi nyamuk sebagai menyimpan bahan bakar briket, dinamo DVD Player sebagai kipas, kaset DVD, stik es krim sebagai turbin, dinamo DC printer sebagai generator.

Sedangkan teknologi yang digunakan PLTBM adalah Internet of Things dengan menggunakan aplikasi telegram pada smart phone. IoT merupakan teknologi yang memanfaatkan jaringan internet.

Teknologi IoT berfungsi untuk monitoring kipas, lampu, dan pompa air. Pada kipas berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu pada saat briket dibakar. Pompa air difungsikan sebagai penampung sisa air dari turbin untuk dikembalikan ke boiler, sedangkan lampu merupakan objek yang dihidupkan pembangkit listrik tenaga biomassa.

"Hasil karya mahasiswa ini di program studi S1 Teknik Elektro memiliki program berbasis project, jadi mahasiswa di ujian akhir akan menghasilkan suatu produk yang nantinya bisa berguna bagi masyarakat dan bisa dijadikan untuk bahan skripsinya," ujar Novia.

Ketua Prodi S1 Teknik Elektro UTI Qadli Qadhli Jafar Adrian menyampaikan inovasi tersebut telah diuji oleh praktisi sehingga mahasiswa mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi dari kaca mata industri.

"Dan menerima masukan dari praktisi industri untuk lebih menjual hasil produknya dan dapat meningkatkan kualitas alatnya," ucapnya.

Menurutnya, PLTBM telah diuji praktisi Dwi Agus Riyanto yang merupakan Direktur Utama PT. Fansa Kencana Indotama. Sementara itu, Wakil Rektor UTI Mahathir Muhammad mendukung penuh hasil karya mahasiswa program studi S1 Teknik Elektro. "Semoga karya inovasi yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat," tutupnya. 


Bagikan artikel ini