Zero Trust Edge: Solusi Keamanan untuk Hadapi Ancaman Digital


Ilustrasi cyber security 4

Ilustrasi cyber security

Di era digitalisasi yang semakin kompleks saat ini, cyber security telah menjelma menjadi perhatian utama bagi berbagai jenis organisasi, mulai dari perusahaan besar hingga usaha kecil dan menengah. Dengan meningkatnya ancaman yang muncul dari berbagai arah, baik dari luar maupun dalam, pendekatan tradisional terhadap keamanan, seperti penggunaan firewall dan antivirus semata, tidak lagi cukup untuk menjaga integritas data. 

Terlebih lagi, dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung melalui Internet of Things (IoT), celah keamanan pun semakin meluas. Inilah mengapa konsep Zero Trust Edge muncul sebagai solusi inovatif yang menawarkan pendekatan keamanan yang lebih ketat dan komprehensif. 

Dengan menerapkan strategi ini, organisasi dapat secara efektif mempertahankan pertahanan mereka di tengah lanskap ancaman yang terus berkembang dan kompleks, serta memastikan bahwa informasi sensitif dilindungi secara maksimal dari potensi serangan siber yang merugikan.

 

Apa Itu Zero Trust Edge?

Zero Trust Edge (ZTE) merupakan model keamanan yang dirancang untuk melindungi akses terhadap sumber daya dan data dalam suatu environment yang semakin kompleks. Konsep ini menitikberatkan pada verifikasi identitas dan perangkat setiap kali terdapat permintaan akses, tanpa mempertimbangkan apakah permintaan tersebut berasal dari dalam atau luar jaringan perusahaan.

Solusi Zero Trust Edge (ZTE) menerapkan prinsip zero trust untuk mengautentikasi, cleansing, dan memantau koneksi jaringan di seluruh jaringan layanan keamanan dan cloud. Model ZTE menggambarkan penggantian Zero Trust Network Access (ZTNA) dari VPN, yang mengarahkan para pengadopsi awal dalam mengamankan akses pekerja jarak jauh ke cloud dan aplikasi perusahaan.

 

Apa Itu Zero Trust Security?

Zero Trust Security merupakan model keamanan TI yang mengharuskan verifikasi identitas yang ketat bagi setiap individu dan perangkat yang berusaha mengakses sumber daya dalam jaringan pribadi, terlepas dari apakah mereka berada di dalam atau di luar perimeter jaringan. ZTNA adalah teknologi kunci yang berhubungan dengan arsitektur Zero Trust namun, Zero Trust adalah pendekatan holistik terhadap keamanan jaringan yang mengintegrasikan berbagai prinsip dan teknologi yang berbeda.

Secara sederhana, keamanan jaringan TI tradisional cenderung mempercayai semua entitas yang berada di dalam jaringan. Sebaliknya, arsitektur Zero Trust tidak memberikan kepercayaan kepada siapa pun maupun apa pun. Saat ini, informasi sering kali tersebar di antara berbagai penyedia cloud, yang membuat penerapan kontrol keamanan tunggal untuk seluruh jaringan menjadi semakin sulit.

Keamanan Zero Trust menekankan bahwa tidak ada individu yang dipercaya baik dari dalam maupun luar jaringan, dan verifikasi diperlukan bagi setiap entitas yang mencoba mengakses sumber daya di jaringan. Penambahan lapisan keamanan ini telah terbukti efektif dalam mencegah pelanggaran data. Studi menunjukkan bahwa biaya rata-rata untuk satu pelanggaran data melebihi $3 juta. Mengingat angka tersebut, tidak mengherankan bahwa banyak organisasi kini berkeinginan untuk mengadopsi kebijakan keamanan Zero Trust.

 

Apa Prinsip Utama Dibalik Zero Trust?

cyber security

  1. Pemantauan dan validasi berkelanjutan: Filosofi di balik jaringan Zero Trust berasumsi bahwa terdapat penyerang baik di dalam maupun di luar jaringan. Oleh karena itu, tidak ada pengguna atau perangkat yang dapat dipercaya secara otomatis. Zero Trust memverifikasi identitas dan hak akses pengguna serta identitas dan keamanan perangkat. Proses login dan koneksi akan berakhir secara berkala setelah dibuat, yang memaksa pengguna dan perangkat untuk terus diperiksa ulang. 
  2. Hak istimewa paling rendah: Prinsip lain dalam keamanan Zero Trust adalah penerapan akses dengan hak istimewa paling rendah. Prinsip ini berarti memberikan pengguna akses hanya sebanyak yang mereka butuhkan, mirip dengan cara seorang jenderal memberikan informasi kepada prajuritnya berdasarkan kebutuhan. Hal ini meminimalkan paparan setiap pengguna terhadap bagian jaringan yang sensitif. Penerapan hak istimewa paling rendah melibatkan manajemen izin pengguna secara cermat. Penggunaan VPN tidak sesuai untuk pendekatan ini, karena akses ke VPN memberikan pengguna akses ke seluruh jaringan yang terhubung.
  3. Kontrol akses perangkat: Selain kontrol pada akses pengguna, Zero Trust juga mengharuskan pengendalian ketat terhadap akses perangkat. Sistem Zero Trust perlu memantau berapa banyak perangkat yang mencoba mengakses jaringan mereka, memastikan bahwa setiap perangkat diotorisasi, serta mengevaluasi semua perangkat untuk memastikan bahwa perangkat tersebut tidak disusupi. Langkah ini semakin meminimalkan serangan jaringan. 
  4. Mikrosegmentasi: Jaringan Zero Trust juga memanfaatkan mikrosegmentasi, yaitu praktik memecah perimeter keamanan menjadi zona-zona kecil untuk menjaga akses terpisah bagi bagian-bagian jaringan yang berbeda. Contohnya, jaringan yang memiliki file di satu pusat data dan menerapkan mikrosegmentasi dapat terdiri dari berbagai zona terpisah yang aman. Seseorang atau program yang memiliki akses ke salah satu zona tidak akan dapat mengakses zona lainnya tanpa otorisasi yang terpisah. 
  5. Mencegah gerakan lateral: Dalam konteks keamanan jaringan, "pergerakan lateral" terjadi ketika penyerang bergerak dalam jaringan setelah memperoleh akses. Aktivitas ini sulit dideteksi meskipun titik masuk penyerang telah diketahui, karena penyerang dapat terus membahayakan bagian lain dari jaringan. Zero Trust dirancang untuk mencegah penyerang melakukan gerakan lateral, karena akses tersegmentasi dan perlu dibangun kembali secara berkala, penyerang tidak dapat berpindah ke mikrosegmen lain dalam jaringan. Setelah keberadaan penyerang terdeteksi, perangkat atau akun pengguna yang disusupi dapat di karantina dan diputus dari akses lebih lanjut. Dalam model benteng dan parit, jika pergerakan lateral diizinkan, mengkarantina perangkat atau pengguna awal yang disusupi akan kurang efektif, karena penyerang sudah mencapai bagian lain dari jaringan. 
  6. Multi-factor authentication (MFA): Multi-factor authentication (MFA) juga merupakan elemen kunci dalam keamanan Zero Trust. MFA memerlukan lebih dari satu bentuk bukti untuk mengautentikasi pengguna, hanya memasukkan kata sandi tidak cukup untuk mendapatkan akses. Contoh umum dari aplikasi MFA adalah otorisasi dua faktor (2FA) yang digunakan pada platform daring seperti Facebook dan Google. Selain memasukkan kata sandi, pengguna yang mengaktifkan 2FA juga harus memasukkan kode yang dikirim ke perangkat lain, seperti ponsel, sehingga memberikan dua bukti bahwa mereka adalah orang yang mereka klaim.

 

Manfaat Zero Trust Edge

  1. Perlindungan Data yang Lebih Baik: Dengan menerapkan model Zero Trust, organisasi dapat melindungi data sensitif dari akses yang tidak sah. Setiap permintaan akses dievaluasi secara menyeluruh, sehingga mengurangi kemungkinan pelanggaran data.
  2. Meningkatkan Keamanan Jaringan: ZTE membantu mengamankan jaringan dari serangan siber dengan membatasi akses hanya kepada pengguna dan perangkat yang telah terverifikasi, sehingga mengurangi risiko serangan dari malware dan ancaman lainnya.
  3. Fleksibilitas dan Skalabilitas: Dalam era kerja jarak jauh, organisasi perlu memastikan bahwa karyawan dapat mengakses sumber daya secara aman dari mana saja. ZTE memungkinkan akses yang aman tanpa mengorbankan keamanan.
  4. Kepatuhan Terhadap Regulasi: Dengan meningkatnya regulasi terkait perlindungan data, seperti GDPR dan HIPAA, ZTE membantu organisasi memenuhi persyaratan kepatuhan melalui penyediaan kontrol akses yang ketat.

 

Apa Keuntungan dari Zero Trust?

Di tengah lanskap keamanan siber yang semakin kompleks, pendekatan Zero Trust semakin menjadi solusi yang relevan dibandingkan dengan metode keamanan tradisional. Dengan pertumbuhan pesat jumlah pengguna dan perangkat yang mengakses data internal, serta data yang tersebar baik di dalam maupun di luar jaringan seperti di cloud, pendekatan Zero Trust menawarkan cara baru untuk melindungi informasi berharga.

  • Mengurangi attack surface: Salah satu keuntungan utama dari Zero Trust adalah kemampuannya dalam mengurangi attack surface organisasi. Alih-alih mengandalkan perlindungan perimeter tradisional yang hanya melindungi area luar jaringan, Zero Trust memprioritaskan prinsip "jangan percayai siapa pun, verifikasi setiap permintaan". Dengan pendekatan ini, setiap akses ke data atau sistem harus diverifikasi secara ketat, sehingga potensi titik lemah dalam sistem dapat diminimalkan.
  • Mikrosegmentasi untuk Meminimalkan Kerusakan: Zero Trust juga mengadopsi mikrosegmentasi, yaitu membagi jaringan menjadi segmen-segmen kecil yang terisolasi. Pendekatan ini membatasi dampak jika terjadi pelanggaran keamanan, karena serangan yang berhasil akan terjebak dalam area yang lebih kecil dan tidak menyebar ke seluruh jaringan. Dengan cara ini, biaya pemulihan juga dapat ditekan karena kerusakan yang ditimbulkan lebih terkendali dan lebih mudah dikelola.
  • Multi-factor authentication (MFA) untuk Mencegah Pencurian Kredensial: Dalam era di mana pencurian kredensial dan serangan phishing semakin umum, Zero Trust menawarkan perlindungan yang lebih kuat melalui Multi-factor authentication (MFA). Dengan MFA, akses ke data atau sistem memerlukan lebih dari sekadar kata sandi; pengguna harus melewati beberapa lapisan verifikasi sebelum diberikan akses. Ini secara signifikan mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh kredensial yang dicuri atau disalahgunakan, yang sering kali dapat menembus perlindungan berbasis perimeter.
  • Mengurangi Risiko dari Perangkat Rentan: Perangkat-perangkat seperti Internet of Things (IoT) sering kali menjadi titik lemah dalam keamanan jaringan karena seringkali sulit untuk diamankan dan diperbarui. Zero Trust memitigasi risiko ini dengan memverifikasi setiap permintaan yang masuk, tanpa memandang dari mana asalnya. Dengan cara ini, perangkat-perangkat rentan dapat dikendalikan dengan lebih efektif, mengurangi kemungkinan mereka menjadi titik akses bagi penyerang.

 

Penerapan Zero Trust Edge

cyber security

1. Audit dan Penilaian Keamanan

Langkah pertama dalam menerapkan Zero Trust Edge adalah melakukan audit menyeluruh terhadap infrastruktur keamanan yang ada. Penting untuk mengidentifikasi area yang rentan dan menetapkan kebijakan akses yang sesuai.

2. Implementasi Teknologi Keamanan

Gunakan teknologi keamanan yang mendukung model Zero Trust, antara lain:

  • Next Generation Firewall: Untuk memantau dan mengendalikan lalu lintas jaringan.
  • Sistem Intrusion Detection and Response (IDR): Untuk mengidentifikasi dan merespons ancaman secara real-time.
  • Solusi Identity and access management (IAM): Untuk mengelola identitas pengguna dan akses ke sumber daya.

3. Pelatihan Karyawan

Memberikan pelatihan kepada karyawan mengenai kebijakan dan prosedur Zero Trust adalah hal yang sangat penting. Karyawan perlu memahami signifikansi verifikasi identitas dan pentingnya menjaga keamanan data.

4. Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan

Setelah penerapan Zero Trust Edge, lakukan evaluasi dan pemantauan secara berkelanjutan untuk memastikan efektivitas kebijakan keamanan. Hal ini mencakup analisis log akses dan peninjauan kebijakan keamanan secara berkala.

 

Tantangan dalam Menerapkan Zero Trust Edge

Meskipun model Zero Trust Edge memberikan berbagai manfaat, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:

  • Kompleksitas Implementasi: Penerapan model Zero Trust memerlukan komitmen waktu dan sumber daya yang signifikan. Organisasi harus bersiap untuk melakukan transformasi substansial dalam infrastruktur keamanan mereka.
  • Keterbatasan Teknologi: Tidak semua teknologi yang ada saat ini mendukung penerapan model Zero Trust. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan investasi dalam solusi keamanan yang sesuai.
  • Perubahan Budaya Perusahaan: Penerapan Zero Trust juga membutuhkan perubahan dalam kultur organisasi. Karyawan perlu beradaptasi dengan kebijakan akses yang lebih ketat.

Bagikan artikel ini

Video Terkait