Tahun 2024 Momentum Telekomunikasi Hijau di Indonesia
- Garuda Sugardo
- •
- 16 Jan 2024 12.39 WIB
Ini tahun politik. Kendati demikian, sesuai konsideran UU, telekomunikasi harus tetap berperan untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.
Isu hangat seputar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia 2023 yang baru berlalu, adalah terkait transformasi digital dan kolaborasi 4.0. Isu panasnya, tidak salah lagi, adalah tragedi korupsi di proyek BTS Bakti Kominfo.
Ketersediaan fasilitas dan jasa akses internet broadband merupakan amanat dari Perpres no.96/2014 tentang Rencana Pita-lebar Indonesia. Pesannya adalah mengentaskan kesenjangan digital; targetnya: usable, affordable and empowering!
Peta jalan pengembangan telekomunikasi modern yang berkelanjutan, kini bermuara pada transformasi digital. Di Indonesia, kebijakannya digariskan harus diarahkan pada pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.
Namun jangan abai, di era green life ini, faktor keasrian lingkungan tampil mengemuka sebagai prasyarat bagi sarana dan prasarana telekomunikasi yang hijau, bersih dan rapi.
Sayangnya kita tidak bisa berharap banyak dari UU Telekomunikasi no.36 Tahun 1999 yang sudah berusia seperempat abad. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan tuntutan khalayak berubah amat cepat menyertai setiap helaan nafas kita.
Tanpa kita sadari, mengacu pada instrumen UU itulah, kita masih berpedoman menyelenggarakan telekomunikasi modern di era digital dan siber ini.
Tengoklah, betapa "lestari"nya kesemrawutan instalasi perkabelan serat optik dari belasan provider internet dan tv kabel di Jakarta dan kota-kota besar Indonesia. Kiranya, inilah negeri anggota G20 yang paling khaos dalam manajemen jaringan kabel internetnya.
Bertumpu pada infrastruktur jaringan kabel yang acak kadut begitulah, sinyal internet broadband kita disalurkan.
Sadarkah kita bahwa Indonesia adalah bangsa terbesar keempat di dunia dalam jumlah populasi penduduk, penetrasi pengguna ponsel dan teledensitas warganetnya?
Menteri Parpostel Susilo Soedarman di tahun 1989 menginisiasi pembangunan Museum Telekomunikasi (mustel) di TMII. Mantan Dirut Telkom Willy Moenandir mewujudkannya, dan Presiden Soeharto pada 20 April 1991 meresmikannya.
Ketika tahun 2015an mustel mulai bocor di sana-sini, relawan berupaya merevitalisasinya dengan berkoordinasi ke sana sini. Alih -alih berhasil, pada 2020 pemerintah malah membuldozernya rata dengan tanah.
Penghancuran museum tanpa niatan membangun kembali, tak ubahnya sebuah genosida atas situs peradaban. Sebagai bangsa besar yang menghargai sejarah, tahun ini kita harus bertekad membangunnya kembali. Mustel yang modern dan digital sesuai zamannya.
Telekomunikasi hijau adalah tuntutan masa kini. Ambillah sampel yang simpel tentang Sarana Utilitas Jaringan Terpadu (SUJT) di DKI dan kota besar Indonesia. Mengingat korban terjerat kabel terus berjatuhan, dan di tingkat pemda masalah kesemrawutan jaringan internet ini tak kunjung tuntas; ada baiknya dieskalasi ke level menteri (PUPR dan Kominfo).
Telekomunikasi dan internet secara nyata telah membuktikan kemampuannya menembus batas jarak ruang dan waktu. Kemaslahatannya dalam memberi kemudahan dan kenyamanan mutlak harus terjangkau dan menjangkau masyarakat luas.
Ini tahun politik, pilpres sudah di depan mata. Kita berharap, pada acara debat ke-5 nanti, para capres berkomitmen pada program digitalisasi Nasional. Dan kepada Presiden terpilih, kita titipkan asa agar membawa telekomunikasi Indonesia menjadi world class dalam harfiah seutuhnya.
Alhamdulillah, di masa pancaroba ini, para operator mainstream kita -TelkomGroup, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren- masih survive dan eksis. Kita perlu memberikan apresiasi atas kontribusi nyata mereka dalam pembentukan mayarakat informasi di Indonesia.
Pada tahun 2023 kemarin, investasi pembangunan data center di Indonesia booming luar biasa. Gongnya pada tahun 2024 adalah kehadiran hyperscale data center Telkom yang terbesar di ASEAN. Neucentrix adalah hub data center yang green dan asri. Inilah aktualisasi komitmen dalam membangun kedaulatan data yang terpadu
Melengkapi isu 5G dan AI, bekerja sama dengan Starlink SpaceX, Lynk Global, atau AST Space Mobile (semua asal USA), para opsel +62 saat ini serius menjajagi kolaborasi dalam penggunaan teknologi cell space tower atau BTS Langit yang digendong oleh sistem satelit orbit rendah.
Dengan itu pula, secara bertahap selesailah cerita penggelaran seluler berbasis Land, Tower, Transmission dan Power yang ribet dan mahal. Setiap jengkal koordinat tanah air, di manapun, akan terlayani sinyal seluler langsung dari BTS di langit ke ponsel dalam genggaman.
Manakala BTS Langit memancar, maka sistem seluler hijau akan serta merta menuntaskan janji pengentasan kesenjangan digital kita. Inilah game changer dalam mewujudkan kesetaraan hak azasi telekomunikasi dan konektivitas bagi 180 juta jiwa anak negeri: Connect, Innovate and Transform.
Barometer kemajuan TIK global tahunan berupa Mobile World Congress (MWC) akan digelar di Fira Gran Via, Barcelona, 26 -29 Februari 2024. Tiket masuk termurahnya dibanderol E879 (atau Rp15 juta) per orang. Mahal pisan, tapi percayalah banyak pejabat kita akan hadir di sana, sambil plesiran di winter Catalonia nan memesona.
Di ajang MWC, pengunjung bisa menyaksikan progres pergelaran sistem 5G dan inovasi robotik di pelbagai belahan dunia. Begitu pula penerapan varian AI, kini telah hadir meronai kehidupan nyata. Demo BTS Langit dan khayal tentang 6G juga masuk di agenda kegiatannya.
Sejujurnya dalam penerapan 5G kita masih tertinggal. Seperti biasa masalahnya klasik Indonesia, nafsu besar tenaga kurang. Seminar sering tapi pita frekuensinya kering. Operator berhitung investasi dan untung rugi, pelanggan wait and see, tapi vendornya terus ngipasi.
Ini tahun politik. Tinggi gunung seribu janji, janji manis tak bertepi. Jangan perang tarif di era kompetisi, karena bisa sama- sama mati.
Selamat datang teknologi tinggi mutakhir yang hijau di pertelekomunikasian Indonesia 2024, menuju Indonesia Emas 2045.
[Save and Free Palestine!]
Salam Indonesia.
Garuda Sugardo, IPU