Dalam beberapa tahun terakhir, migrasi ke cloud telah menjadi tren utama bagi perusahaan karena menawarkan skalabilitas, fleksibilitas, dan keamanan yang lebih tinggi. Proses migrasi ini dapat diibaratkan seperti pindah rumah, di mana perusahaan perlu mempersiapkan infrastruktur baru, memindahkan data dan aplikasi, serta menyesuaikan semuanya agar berfungsi dengan baik di lingkungan cloud.
Meskipun migrasi ke cloud sering dianggap menantang karena memerlukan waktu dan perencanaan untuk mempersiapkan server, instalasi aplikasi, dan pemindahan data, penyedia layanan cloud kini menawarkan solusi yang mempercepat dan mempermudah proses tersebut.
Apa itu Migrasi Cloud?
Migrasi cloud adalah proses pemindahan data, aplikasi, atau elemen-elemen perusahaan lainnya dari sistem lokal atau on-premise ke platform cloud computing. Proses ini dapat mencakup berbagai hal, mulai dari transfer data, pemindahan aplikasi, hingga modifikasi infrastruktur yang digunakan oleh perusahaan. Salah satu keuntungan utama dari migrasi ke cloud adalah efisiensi yang dapat tercapai baik dari segi biaya operasional maupun pengelolaan sumber daya TI.
Terdapat beberapa jenis migrasi cloud yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Tiga jenis migrasi utama adalah sebagai berikut:
- Migrasi ke Cloud Publik: Proses pemindahan data dan aplikasi dari pusat data lokal perusahaan ke cloud publik yang disediakan oleh penyedia layanan cloud seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, atau Google Cloud.
- Migrasi Cloud-ke-Cloud: Pemindahan data dan aplikasi antara dua platform cloud yang berbeda, umumnya untuk tujuan optimasi, meningkatkan efisiensi, atau mendapatkan layanan tambahan dari penyedia lain.
- Migrasi Cloud Terbalik atau Repatriasi: Proses pemindahan data dan aplikasi dari cloud kembali ke pusat data lokal perusahaan. Ini biasanya terjadi ketika perusahaan merasa bahwa pengelolaan data atau aplikasi di cloud tidak lagi efektif atau lebih mahal.
Manfaat Migrasi ke Cloud
Migrasi ke cloud memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan, antara lain:
- Efektivitas Biaya: Cloud mengurangi biaya investasi dengan menghilangkan kebutuhan untuk membeli perangkat keras, perangkat lunak, dan biaya pemeliharaan. Biaya cloud berbasis langganan, memungkinkan perusahaan membayar hanya sesuai penggunaan.
- Keamanan yang Lebih Terjamin: Penyedia cloud terkemuka menawarkan perlindungan data yang lebih baik dengan enkripsi, firewall, otentikasi dua faktor, dan pemantauan 24/7, serta mematuhi standar keamanan internasional.
- Fleksibilitas dan Mobilitas: Cloud memungkinkan akses data dari mana saja dan kapan saja, memfasilitasi kerja jarak jauh dan kolaborasi tim di lokasi berbeda.
- Skalabilitas yang Lebih Baik: Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas sumber daya TI sesuai kebutuhan, menghindari pemborosan dan menyesuaikan diri dengan fluktuasi permintaan.
- Keunggulan Kompetitif: Migrasi ke cloud memungkinkan perusahaan untuk lebih cepat beradaptasi dengan teknologi baru dan responsif terhadap perubahan pasar, meningkatkan daya saing mereka.
Metode Migrasi ke Cloud
Ada beberapa metode migrasi yang dapat dipilih oleh perusahaan berdasarkan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tergantung pada kompleksitas aplikasi dan tujuan perusahaan dalam bermigrasi. Berikut adalah beberapa metode migrasi yang umum digunakan:
1.
Re-hosting (Lift-and-Shift)
Re-hosting, yang juga dikenal dengan istilah "Lift-and-Shift", adalah metode migrasi yang melibatkan pemindahan aplikasi dan komponen sistem dari infrastruktur on-premise ke cloud tanpa melakukan modifikasi atau perubahan yang signifikan pada aplikasi tersebut. Dalam pendekatan ini, aplikasi yang ada di lingkungan lokal hanya dipindahkan secara langsung ke platform cloud tanpa penyesuaian pada struktur atau arsitekturnya. Proses ini adalah cara tercepat dan paling sederhana untuk melakukan migrasi ke cloud, karena tidak memerlukan perubahan pada kode aplikasi atau cara aplikasi beroperasi.
Meskipun mudah dan cepat, metode ini mungkin tidak sepenuhnya memanfaatkan semua manfaat yang ditawarkan oleh cloud. Aplikasi yang dipindahkan tetap beroperasi dalam bentuk yang sama seperti di server lokal, tanpa memanfaatkan teknologi canggih yang khusus dirancang untuk lingkungan cloud. Misalnya, aplikasi yang dipindahkan menggunakan metode ini tidak akan menggunakan fitur-fitur seperti elastisitas dan auto-scaling yang bisa memaksimalkan kinerja di cloud.
Di penyedia layanan cloud seperti AWS, re-hosting ini bisa dilakukan dengan lebih efisien menggunakan alat seperti AWS Application Migration Services dan AWS VM Import/Export, yang memungkinkan proses migrasi otomatis dan mengurangi kompleksitas serta waktu yang dibutuhkan. Metode ini sangat ideal untuk perusahaan yang ingin segera memigrasikan aplikasi mereka ke cloud dengan sedikit waktu persiapan, meskipun mungkin perlu langkah-langkah lanjutan untuk mengoptimalkan kinerja aplikasi di cloud.
2.
Relokasi (Lift-and-Optimize)
Strategi relokasi, sering disebut juga dengan istilah "Lift-and-Optimize", adalah metode di mana aplikasi dipindahkan ke cloud dengan sedikit atau tanpa perubahan struktural, tetapi setelah berada di cloud, aplikasi akan dimodifikasi untuk memanfaatkan layanan yang lebih terintegrasi dengan cloud. Dengan kata lain, aplikasi yang telah dipindahkan ke cloud akan dioptimalkan untuk bekerja lebih baik dalam lingkungan cloud, meskipun tidak memerlukan perombakan besar pada kode atau arsitekturnya.
Contohnya, setelah melakukan relokasi sebuah database ke cloud, perusahaan bisa menggantikan pengelolaan server virtual yang ada dengan layanan database terkelola seperti Amazon RDS atau Google Cloud SQL. Ini memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan keuntungan cloud tanpa harus mengubah secara signifikan aplikasi yang sudah ada. Pendekatan ini memberikan keuntungan berupa pengelolaan yang lebih mudah, peningkatan efisiensi, serta pengurangan biaya pemeliharaan yang biasa terjadi dengan infrastruktur lokal.
Relokasi ini sangat berguna untuk perusahaan yang ingin mulai memanfaatkan cloud, namun belum siap melakukan perubahan besar pada arsitektur aplikasi mereka. Ini adalah solusi yang lebih fleksibel, memungkinkan organisasi untuk menggunakan layanan cloud untuk meningkatkan operasional mereka secara bertahap tanpa mengganggu struktur aplikasi yang ada.
3.
Pemfaktoran Ulang (Refactoring)
Pemfaktoran ulang, atau refactoring, adalah strategi migrasi yang melibatkan perombakan atau redesign aplikasi agar sepenuhnya memanfaatkan keunggulan dan fitur-fitur yang disediakan oleh lingkungan cloud. Dalam pendekatan ini, aplikasi yang awalnya berbasis di lingkungan lokal akan dimodifikasi atau dibangun ulang menggunakan arsitektur yang lebih sesuai untuk cloud, seperti microservices, serverless, dan cloud-native design.
Salah satu contoh refactoring adalah ketika aplikasi monolitik yang awalnya terdiri dari satu sistem besar dipecah menjadi beberapa layanan kecil yang bisa beroperasi secara terpisah dan lebih efisien di cloud, sehingga lebih mudah untuk diatur, di-scale, dan diperbaiki. Proses ini juga memungkinkan aplikasi untuk mengakses berbagai layanan terkelola yang disediakan oleh penyedia cloud, seperti load balancing, auto-scaling, dan content delivery network (CDN).
Pemfaktoran ulang umumnya lebih memakan waktu dan biaya dibandingkan dengan metode migrasi lainnya, karena membutuhkan perubahan besar dalam kode aplikasi. Namun, pendekatan ini memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan, termasuk peningkatan kinerja, fleksibilitas, dan skalabilitas. Bisnis yang memilih refactoring biasanya melakukannya karena mereka membutuhkan peningkatan fungsionalitas atau kemampuan untuk bersaing lebih baik di pasar yang cepat berubah.
4.
Platform Ulang (Replatforming)
Replatforming, yang juga dikenal dengan istilah "Lift, Tinker, Shift", adalah pendekatan migrasi yang merupakan kompromi antara re-hosting dan refactoring. Dalam metode ini, aplikasi dipindahkan ke cloud dengan beberapa penyesuaian atau optimasi untuk memanfaatkan lebih banyak fitur yang ditawarkan oleh cloud, tetapi tidak melakukan perubahan besar yang terdapat pada refactoring.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk mengganti database server yang sebelumnya berjalan di mesin fisik atau virtualisasi ke database-as-a-service yang ditawarkan oleh penyedia cloud. Dengan pendekatan ini, meskipun aplikasi tidak sepenuhnya dibangun ulang, komponen-komponen pentingnya dimodifikasi untuk memanfaatkan fitur cloud seperti pengelolaan otomatis, skalabilitas, dan penghematan biaya.
Replatforming dapat memberikan keuntungan dalam hal optimalisasi tanpa membutuhkan perombakan aplikasi secara penuh. Pendekatan ini adalah jalan tengah yang efektif bagi organisasi yang ingin memperoleh manfaat cloud namun tidak ingin terlalu banyak merombak aplikasi mereka. Replatforming sangat sesuai bagi perusahaan yang menginginkan efisiensi, tetapi juga membutuhkan investasi minimal dalam modifikasi aplikasi.
5.
Pembelian Kembali (Repurchasing)
Strategi pembelian kembali (repurchasing) dalam migrasi cloud melibatkan penggantian produk atau aplikasi yang ada dengan solusi yang lebih sesuai dengan layanan berbasis cloud. Ini mungkin termasuk memindahkan perangkat lunak yang sebelumnya berjalan di lingkungan lokal atau on-premise ke versi cloud dari aplikasi yang sama atau mengganti produk sepenuhnya dengan produk yang berbasis cloud.
Contoh yang umum adalah pemindahan sistem Virtual Desktop Infrastructure (VDI) yang tradisional ke solusi VDI berbasis cloud seperti Amazon WorkSpaces atau Microsoft Virtual Desktop. Demikian pula, perusahaan dapat mengganti sistem email mereka yang berbasis lokal dengan layanan email terkelola berbasis cloud seperti Microsoft 365 atau Google Workspace. Pembelian kembali juga bisa mencakup penggantian perangkat lunak ERP atau CRM dengan versi berbasis cloud yang lebih canggih.
Strategi ini sering dipilih oleh perusahaan yang ingin menggantikan aplikasi yang usang atau sulit dipelihara dengan solusi cloud yang lebih modern dan terkelola sepenuhnya. Keuntungan dari pembelian kembali adalah memudahkan peralihan dan pengelolaan, karena solusi berbasis cloud sering menawarkan fitur otomatis dan terkelola yang mengurangi beban operasional.
6.
Pensiun (Retiring)
Pensiun atau retiring adalah strategi yang melibatkan penghentian atau penonaktifan aplikasi dan sistem yang sudah usang atau tidak lagi dibutuhkan di lingkungan cloud. Dalam hal ini, aplikasi atau sistem yang dianggap tidak relevan lagi tidak akan dipindahkan ke cloud, melainkan dihentikan penggunaannya.
Pendekatan ini sering digunakan untuk mengurangi kompleksitas dalam proses migrasi. Beberapa aplikasi atau perangkat lunak mungkin sudah tidak lagi memiliki nilai fungsional atau bisnis yang relevan dan sebaiknya dihentikan untuk mengurangi biaya migrasi dan pemeliharaan. Dalam beberapa kasus, perusahaan memilih untuk menonaktifkan aplikasi yang hanya digunakan oleh sedikit orang atau yang telah digantikan dengan solusi yang lebih efisien.
Meskipun tidak semua aplikasi atau data perlu dimigrasikan, strategi pensiun memastikan bahwa hanya aplikasi yang benar-benar diperlukan yang dipindahkan ke cloud, sehingga biaya migrasi dapat diminimalkan dan proses migrasi bisa dilakukan dengan lebih lancar.
7.
Mempertahankan (Retaining)
Metode mempertahankan atau retaining adalah pendekatan di mana perusahaan menunda migrasi untuk beberapa waktu. Pada tahap ini, perusahaan mungkin melakukan penilaian lebih lanjut terhadap aplikasi atau server yang ada di lingkungan lokal untuk menentukan apakah dan kapan saat yang tepat untuk migrasi ke cloud.
Pendekatan ini biasanya diterapkan pada aplikasi yang lebih kompleks atau sangat kritis yang membutuhkan evaluasi menyeluruh sebelum dipindahkan. Ada kalanya, setelah melakukan analisis lebih lanjut, perusahaan memutuskan bahwa aplikasi tersebut sebaiknya tetap berada di server lokal untuk sementara waktu, atau bahkan untuk jangka panjang, terutama jika aplikasi tersebut memiliki dependensi yang kuat pada infrastruktur internal yang sulit dipindahkan dengan cepat.
Keputusan untuk menunda migrasi dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk kebutuhan operasional, biaya, atau keamanan. Namun, mempertahankan aplikasi atau infrastruktur sementara waktu memungkinkan perusahaan untuk mengatur strategi migrasi secara lebih hati-hati, sambil memastikan bahwa tidak ada gangguan signifikan pada operasional bisnis yang sudah ada
Kesimpulan
Migrasi ke cloud memberikan banyak manfaat, mulai dari penghematan biaya hingga peningkatan keamanan dan fleksibilitas. Dengan menggunakan cloud, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan efisiensi sumber daya TI mereka. Metode migrasi yang tepat harus dipilih berdasarkan karakteristik aplikasi, tujuan, kebutuhan dan kesiapan mereka, karena tidak ada pendekatan yang satu ukuran cocok untuk semua, dan keputusan untuk memilih strategi migrasi tertentu harus didasarkan pada analisis menyeluruh bisnis perusahaan.