Mengenal Tokenisasi Aset : Trobosan Baru Dunia Investasi
- Nikita Dewi Kurnia Salwa
- •
- 05 Okt 2024 15.09 WIB
Tokenisasi adalah proses yang mengubah hak kepemilikan suatu aset menjadi token digital yang disimpan di dalam blockchain, memungkinkan kepemilikannya terepresentasi secara virtual. Dengan kata lain, token tersebut berfungsi sebagai sertifikat kepemilikan yang sah. Hampir semua jenis aset yang memiliki nilai dapat ditokenisasi, mulai dari aset fisik, aset digital, hingga yang bersifat fungible maupun non-fungible.
Melalui proses tokenisasi, aset-aset tersebut dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga memungkinkan kepemilikan fraksional. Ini berarti seseorang dapat membeli hanya sebagian kecil dari aset tersebut, dan dengan pembelian ini, mereka akan menerima token yang mencerminkan kepemilikan mereka atas aset tersebut. Selain itu, karena token-token ini disimpan di dalam blockchain, pemilik dapat mengelola dan menjaga hak kepemilikannya dengan lebih aman dan transparan.
Perlu dicatat bahwa token yang dihasilkan dari proses tokenisasi berbeda dari native token yang ada di jaringan blockchain. Native token seperti Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) adalah token yang sepenuhnya digital dan berfungsi sebagai aset investasi, penyimpanan nilai, serta token utilitas di dalam ekosistem masing-masing. Di sisi lain, token hasil tokenisasi berfungsi untuk menjembatani dunia keuangan tradisional dengan blockchain, meningkatkan likuiditas aset yang di tokenisasi dan mempermudah aksesibilitas bagi berbagai investor.
Perbedaan antara Tokenisasi dan Sekuritisasi
Meskipun tokenisasi memiliki beberapa kesamaan dengan sekuritisasi, ada perbedaan penting antara keduanya. Sekuritisasi adalah proses yang hanya melibatkan aset keuangan tradisional, seperti pinjaman dan surat utang, dan biasanya dilakukan di pasar modal. Sementara itu, tokenisasi dapat melibatkan berbagai jenis aset, baik fisik maupun digital.
Salah satu perbedaan mendasar terletak pada medium perdagangannya. Token yang dihasilkan dari tokenisasi disimpan dan diperjualbelikan melalui blockchain, sedangkan sekuritisasi dilakukan dalam bentuk efek yang diperdagangkan di bursa saham. Saat ini, sekuritisasi telah memiliki kerangka kerja dan regulasi yang lebih jelas, sedangkan tokenisasi masih dalam tahap pengembangan dan eksplorasi regulasi.
Perbedaan antara Tokenisasi dan Enkripsi
Token dan Enkripsi seringkali disalah artikan karena sama sama memiliki manfaat untuk melindungi data, namun kedua teknologi ini tidaklah sama.
Enkripsi adalah Proses mengubah data asli (teks biasa) menjadi bentuk yang tidak dapat dibaca (sandi). Untuk melakukan ini, memerlukan aturan khusus (algoritma) dan kunci rahasia. Proses kebalikannya, yaitu mengubah sandi kembali menjadi data asli, disebut dekripsi. Saat ini, enkripsi SSL adalah metode yang umum digunakan untuk melindungi data yang dikirim melalui internet. Selain itu, banyak perangkat lunak dan sistem operasi telah dilengkapi fitur enkripsi bawaan yang memungkinkan pengguna untuk mengamankan data pribadi mereka. Hal ini sangat penting untuk mencegah perlindungan data yang sensitif jika perangkat mereka hilang atau dicuri.
Sedangkan tokenisasi adalah teknik penempatan informasi penting dengan kode acak yang tidak memiliki makna jika dilihat sekilas. Kode ini disebut token, fungsinya seperti alias atau julukan yang menggantikan identitas asli. Bedanya dengan enkripsi, tokenisasi tidak mengacak data menggunakan algoritma. Tidak ada kunci rahasia yang bisa digunakan untuk mengembalikan token ke bentuk aslinya. Sebaliknya, tokenisasi menggunakan semacam daftar besar (basis data) untuk menyimpan hubungan antara data asli dan tokennya. Data asli ini biasanya disimpan secara aman di tempat lain, seringkali dengan perlindungan enkripsi. Jadi, meskipun token bocor, informasi sensitif yang sebenarnya tetap aman karena tidak ada cara langsung untuk menghubungkan token dengan data aslinya tanpa mengakses basis data tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tokenisasi dan enkripsi merupakan dua teknologi yang efektif untuk melindungi data, namun keduanya tidak sama dan tidak dapat saling menggantikan. Setiap teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pilihan metode untuk mengamankan data harus disesuaikan dengan situasi tertentu. Berikut perbandingan antara enskripsi dan tokenisasi
Tabel Perbandingan Enkripsi dan Tokenisasi
Aspek |
Enkripsi |
Tokenisasi |
Metode |
Mengubah teks biasa menjadi teks yang tidak dapat dibaca dengan algoritma enkripsi dan kunci. |
Menghasilkan nilai token acak dari teks biasa dan menyimpan pemetaan di database. |
Skalabilitas |
Efisien untuk volume data besar dengan kunci enkripsi kecil untuk dekripsi. |
Sulit untuk di-scale dengan aman, dan performa dapat menurun saat ukuran database meningkat. |
Jenis Data |
Digunakan untuk data terstruktur dan tidak terstruktur, termasuk file lengkap. |
Khusus untuk data terstruktur, seperti nomor kartu pembayaran atau nomor Jaminan Sosial. |
Pertukaran Data |
Ideal untuk berbagi data sensitif dengan pihak ketiga yang memiliki kunci enkripsi. |
Sulit untuk berbagi data karena memerlukan akses ke brankas token yang memetakan nilai token. |
Format Data |
Skema enkripsi yang mempertahankan format biasanya memiliki kekuatan yang lebih rendah. |
Format dapat dipertahankan tanpa mengorbankan kekuatan keamanan. |
Kepemilikan Data |
Data asli dapat meninggalkan organisasi dalam bentuk terenkripsi. |
Data asli tidak pernah meninggalkan organisasi, sehingga memenuhi persyaratan kepatuhan tertentu. |
Dengan tabel ini, perbandingan antara enkripsi dan tokenisasi menjadi lebih jelas, menunjukkan karakteristik serta situasi di mana masing-masing teknologi lebih sesuai digunakan.
Cara Kerja Tokenisasi
Proses tokenisasi melibatkan beberapa langkah yang rumit, tetapi bisa disederhanakan sebagai berikut:
- Pemilihan Aset: Langkah pertama adalah memilih aset yang ingin di tokenisasi, seperti saham, properti, komoditas, atau mata uang.
- Penentuan Jenis Token: Setelah aset ditentukan, jenis token yang akan dibuat juga harus diputuskan. Ini termasuk apakah token tersebut fungible atau non-fungible, serta spesifikasi lainnya seperti tipe token (misalnya ERC-20 atau ERC-721).
- Pemilihan Blockchain: Memilih blockchain yang sesuai untuk meluncurkan token adalah langkah penting. Pilihan ini tergantung pada kriteria yang diinginkan, seperti apakah blockchain tersebut bersifat permissioned atau publik.
- Verifikasi Aset: Menggandeng auditor untuk memverifikasi keberadaan dan jumlah aset yang ditokenisasi sangat penting. Hal ini bertujuan untuk memberikan jaminan kepada investor bahwa aset tersebut benar-benar ada dan dapat dipercaya.
- Penerbitan Token: Setelah semua langkah di atas dilaksanakan, token yang mewakili aset tersebut dapat diterbitkan dan mulai diperdagangkan. Umumnya, perdagangan dilakukan di platform DeFi untuk meningkatkan likuiditas dan aksesibilitas.
Contoh Tokenisasi Aset
Ada beberapa jenis tokenisasi aset yang umum dilakukan saat ini:
- Tokenisasi Aset Dunia Nyata (RWA): Ini adalah bentuk tokenisasi yang paling banyak dilakukan, dimana aset-aset dari dunia nyata seperti saham, obligasi, komoditas, dan properti di tokenisasi. Misalnya, Ondo Finance adalah protokol yang memimpin dalam sektor RWA dengan men-tokenisasi surat utang pemerintah AS (US Treasuries) menjadi OUSG. Memiliki OUSG sama dengan memiliki bagian dari surat utang tersebut.
- Tokenisasi Aset Digital: Tokenisasi juga terjadi pada aset digital di dalam jaringan blockchain. Misalnya, aset ini dapat digunakan untuk kepentingan tata kelola dalam Decentralized Autonomous Organization (DAO). Dalam hal ini, pemilik token memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan jaringan.
- Tokenisasi Aset In-Game: Dalam konteks GameFi atau metaverse, item dalam game seperti senjata, kostum, atau mata uang in-game dapat di tokenisasi menjadi Non-Fungible Token (NFT). Dengan memiliki NFT tersebut, pemain memiliki kepemilikan langsung atas item dalam game dan dapat memperjualbelikannya di marketplace.
Keuntungan Tokenisasi
Ada beberapa keuntungan signifikan dari proses tokenisasi, antara lain:
- Peningkatan Likuiditas: Dengan memecah aset menjadi bagian yang lebih kecil, tokenisasi memungkinkan kepemilikan fraksional, sehingga meningkatkan likuiditas dan memudahkan proses jual beli tanpa perantara.
- Penentuan Harga yang Lebih Adil: Tokenisasi juga membantu dalam menentukan harga yang lebih stabil bagi aset. Dengan kepemilikan fraksional, penjual tidak perlu menurunkan harga aset hanya untuk melakukan penjualan cepat.
- Biaya Manajemen yang Lebih Rendah: Tokenisasi mengurangi kebutuhan akan perantara dalam proses jual beli aset, yang biasanya membutuhkan waktu dan biaya tambahan. Proses transaksi dapat dilakukan secara otomatis melalui platform terdesentralisasi.
- Aksesibilitas yang Lebih Baik: Tokenisasi memungkinkan investor dengan modal kecil untuk memiliki bagian dari aset yang lebih besar. Hal ini membuka peluang bagi lebih banyak investor untuk berpartisipasi dalam investasi yang sebelumnya hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki dana besar.
- Transparansi: Dengan menggunakan teknologi blockchain, semua pihak dapat melacak asal usul kepemilikan dan riwayat transaksi aset. Data yang tersimpan di blockchain juga tidak dapat dimodifikasi, sehingga meningkatkan kepercayaan dan keamanan bagi semua pemangku kepentingan.
Kekurangan Tokenisasi
Di sisi lain, tokenisasi juga memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi:
- Regulasi yang Belum Jelas: Salah satu kendala utama adalah kurangnya kerangka regulasi yang jelas. Di banyak negara, produk tokenisasi masih berada dalam area abu-abu, yang dapat menimbulkan risiko bagi para investor.
- Ukuran Log Penyimpanan yang Besar: Data blockchain dapat tumbuh dengan pesat, dan jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan hilangnya node jika ukuran log menjadi terlalu besar untuk disimpan dan diunduh.
- Modifikasi Data yang Sulit: Setelah smart contract diterbitkan, tidak ada opsi untuk mengubah data. Jika terdapat kesalahan atau perlu penambahan data, proses perubahannya bisa sangat rumit.
Masa Depan Tokenisasi
Tokenisasi diprediksi akan terus berkembang dan menjadi salah satu use-case paling menjanjikan dari teknologi blockchain. Saat ini, tokenisasi aset dunia nyata (RWA) telah menarik perhatian banyak investor dan menunjukkan potensi yang signifikan.Seperti contohnya tokenisasi komoditas seperti emas yang mulai mendapatkan perhatian, dengan Pax Gold (PAXG) sebagai salah satu tokenisasi emas yang terkemuka.
Keterlibatan institusi keuangan tradisional dalam pengembangan proyek tokenisasi RWA menjadi salah satu faktor kunci bagi masa depan tokenisasi. Manajer investasi yang terkemuka berperan sebagai penghubung antara investor tradisional dan dunia digital. CEO BlackRock juga mencatat bahwa tokenisasi aset memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi pasar modal, memperpendek rantai nilai, mengurangi biaya manajemen, dan memperluas akses bagi investor. Riset dari ADDX dan Boston Consulting Group memprediksi bahwa peluang bisnis dalam tokenisasi aset bisa tumbuh hingga 50 kali lipat, mencapai nilai $16,1 triliun pada tahun 2030.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, tokenisasi adalah proses penting yang mengubah cara kita memandang kepemilikan aset. Dengan mengubah hak kepemilikan menjadi token digital yang disimpan dalam blockchain, tokenisasi memungkinkan kepemilikan fraksional dan meningkatkan likuiditas aset secara signifikan. Proses tokenisasi melibatkan beberapa langkah mulai dari pemilihan aset hingga penerbitan token.
Dengan berbagai jenis tokenisasi seperti RWA, aset digital, dan aset in-game, tokenisasi menunjukkan perkembangan yang pesat, terutama dalam sektor RWA. Dengan banyaknya institusi keuangan yang terlibat, prospek masa depan tokenisasi sangat cerah, diprediksi dapat mencapai nilai yang sangat besar dalam dekade mendatang. Meskipun demikian, tantangan regulasi dan isu teknis seperti penyimpanan data masih perlu diatasi agar tokenisasi dapat berkembang dengan lebih optimal.