Tren AI Action Figure, Tapi Apa Dampaknya ke Bumi?


Ilustrasi Action Figure

Ilustrasi Action Figure

Dalam beberapa minggu terakhir, media sosial diramaikan oleh tren visual baru yang unik dan penuh nostalgia: foto pribadi yang diubah menjadi figur aksi ala mainan retro, lengkap dengan kemasan blister plastik seperti yang sering kita lihat di toko mainan era 90-an. Tren ini dikenal sebagai “AI Action Figure”, dan menjadi viral di berbagai platform seperti Instagram, LinkedIn, hingga X (dulu Twitter).

Orang-orang, termasuk para profesional, mengunggah versi "mainan" diri mereka sendiri lengkap dengan nama, profesi, dan latar belakang bergaya komik. Beberapa terlihat seperti pahlawan super, pebisnis sukses, hingga karakter fiksi ilmiah. Di balik tren yang tampak menyenangkan dan kreatif ini, ada teknologi canggih yang bekerja di belakang layar: kecerdasan buatan (AI), khususnya generator gambar berbasis teks yang saat ini semakin populer dan bahkan terintegrasi dalam platform seperti ChatGPT.

Namun, di balik estetika dan keseruannya, para ahli memperingatkan adanya risiko serius yang kerap terlupakan: dampak terhadap lingkungan, khususnya terkait konsumsi energi dan emisi karbon.

 

Kombinasi Nostalgia dan Teknologi

Salah satu alasan utama mengapa tren AI Action Figure ini begitu cepat viral adalah karena perpaduan antara aura nostalgia dan sentuhan inovasi teknologi modern. Banyak dari kita tumbuh bersama mainan figur aksi seperti GI Joe, Power Rangers, atau Barbie. Kini, berkat AI, siapa pun bisa menjadi versi miniatur dari diri mereka sendiri dalam bentuk figur digital.

Platform berbasis AI memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto dan mendeskripsikan gaya atau persona yang diinginkan. Dalam hitungan detik hingga menit, sistem AI akan mengubah input tersebut menjadi visual yang memukau, lengkap dengan detail estetika ala pop culture tahun 80–90an.

Namun, di tengah euforia ini, sangat sedikit yang menyadari bahwa proses di balik pembuatan gambar-gambar keren itu memerlukan daya komputasi besar, dan karenanya menuntut konsumsi energi yang sangat tinggi.

 

GPU dan Konsumsi Energi AI

Melo Morris, pendiri dari startup AI Corpora.ai, menyuarakan kekhawatiran terhadap tren ini. Dalam pernyataannya yang dikutip dari The Next Web dan Tech Times, ia menyebut tren AI Action Figure ini sebagai “jelas tidak berkelanjutan”. Menurutnya, penggunaan teknologi seperti ini seharusnya disertai dengan kesadaran akan biaya lingkungan yang ditimbulkan.

Teknologi AI khususnya untuk menciptakan gambar realistis atau artistik dari deskripsi teks memerlukan kekuatan pemrosesan dari Graphics Processing Unit (GPU) yang sangat intensif. GPU yang digunakan bukanlah perangkat biasa. Mereka adalah unit pemroses grafis canggih yang dirancang untuk menangani jutaan hingga miliaran operasi matematika per detik, yang artinya membutuhkan energi dalam jumlah besar.

Menurut Morris, GPU bukanlah sumber daya yang bisa dianggap tanpa batas. "GPU menimbulkan biaya karbon, dan penggunaan berlebihan seperti ini menunjukkan betapa kita semakin jauh dari pemahaman terhadap biaya riil dari perangkat ini," ujarnya.

 

AI: Gambar Lebih Boros Energi daripada Teks

Sebuah studi mengungkapkan bahwa proses menghasilkan gambar dari teks menggunakan energi setidaknya dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan hanya menghasilkan teks. Ini berarti bahwa tren membuat gambar AI, termasuk AI Action Figure, membutuhkan lebih banyak daya dan sumber daya dibandingkan penggunaan AI untuk chatbot, terjemahan, atau penjawab otomatis biasa.

Ironisnya, model AI berbasis teks saja seperti ChatGPT saat menjawab pertanyaan atau membuat tulisan sudah memerlukan energi 20 hingga 30 kali lebih besar daripada sekadar melakukan pencarian informasi di internet.

Bahkan menurut data dari Badan Energi Internasional (IEA), konsumsi energi dari pusat data yang digunakan untuk pelatihan dan pengoperasian model AI diprediksi akan dua kali lipat pada tahun depan. Angka ini akan mencakup hampir 3% dari total konsumsi energi global. Ini merupakan angka yang sangat signifikan, mengingat AI belum sepenuhnya menjangkau semua sektor masyarakat.

 

Sumber Energi Masih Berasal dari Fosil

Yang lebih mengkhawatirkan, hampir separuh energi yang digunakan untuk menjalankan sistem AI ini masih berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam. Ini tentu menjadi ironi tersendiri di era yang seharusnya mendorong transisi energi bersih.

Artinya, walaupun AI membawa banyak manfaat dan kemudahan, penggunaan AI untuk keperluan hiburan semata seperti membuat gambar figur aksi dapat berkontribusi terhadap peningkatan jejak karbon global.

 

Harus Ada Kesadaran dalam Menggunakan Teknologi

Melo Morris tidak menolak kemajuan AI. Ia bahkan mendukung pengembangan teknologi ini. Namun, ia menegaskan bahwa penggunaan teknologi, termasuk AI, harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ia menyatakan bahwa masa depan AI memang penuh potensi, tetapi harus dijalankan secara cerdas, sadar, dan dengan perspektif jangka panjang.

Morris mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi tren visual seperti AI Action Figure. Ia berharap orang-orang tidak hanya terpukau oleh hasil visual yang keren, tetapi juga mau mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan penggunaan sumber daya.

 

Apakah Kita Harus Berhenti Menggunakan AI?

Tentu saja tidak. AI tetap memiliki banyak manfaat di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, manufaktur, bahkan mitigasi perubahan iklim. Namun, yang perlu ditekankan adalah prioritas penggunaannya. Ketika teknologi canggih seperti ini lebih sering digunakan untuk keperluan estetika atau hiburan dibandingkan solusi nyata, maka potensi besar AI justru bisa berbalik menjadi beban lingkungan.

Bayangkan jika jutaan orang secara bersamaan membuat gambar AI setiap hari hanya untuk hiburan, efeknya terhadap konsumsi energi global tentu tidak bisa dianggap remeh.

 

Keseruan Tak Selalu Sejalan dengan Keberlanjutan

Tren AI Action Figure adalah contoh nyata bagaimana inovasi teknologi bisa menciptakan bentuk ekspresi baru yang menyenangkan dan menarik. Namun di saat yang sama, kita juga diingatkan bahwa setiap klik, render, dan unggahan memiliki konsekuensi terhadap lingkungan, terutama jika dilakukan secara massal dan tanpa pertimbangan.

Sebagai pengguna teknologi, kita memiliki peran penting untuk memastikan bahwa kemajuan ini digunakan secara bijak dan bertanggung jawab. Bukan berarti kita harus menghindari AI, tetapi mari belajar untuk menyeimbangkan antara kesenangan dan kesadaran lingkungan.

Tren boleh viral, tapi bumi hanya satu. Bijaklah dalam menggunakan teknologi termasuk saat membuat foto diri jadi action figure.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait