Bandung Jadi Kota Pertama Implementasi Platform IoT Hybrid
- Catur Rahmat
- •
- 15 Agt 2020 18.20 WIB
Perkembangan teknologi di era Industri 4.0 yang semakin cepat membuat Pemerintah Kota Bandung tak mau ketinggalan. Bandung telah melakukan pergerakan dengan menerapkan teknologi IoT(Internet Of Things) berbasis hybrid (satelit dan GSM). Kota ini juga menjadi kota pertama di Indonesia yang telah mengimplementasikan teknologi ini. Tujuan dari penerapan teknologi ini adalah untuk meningkatkan pelayanan publik.
Internet of Things atau biasa di sebut IoT merupakan suatu infrastruktur jaringan global yang terintegrasi 24 jam untuk menghubungkan benda-benda fisik dan virtual secara otomatis berbasis data. Perangkat-perangkat tersebut terkomunikasi secara otomatis tanpa bantuan manusia. Menurut Wali Kota Bandung Oded M Danial, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat tidak dapat dihindari lagi. Hal ini membuat pemerinta tergerak untuk menerapkan IoT.
“Mau atau tidak, fase era Industri 4.0 ini harus dimasuki. Termasuk Kota Bandung yang dikenal sebagai kota pintar, kota jasa dan layanan. Hari ini, Kota Bandung coba melompat jauh, yakni dengan mengimplementasikan IoT untuk kebutuhan peningkatan kualitas layanan publik,” ujar Oded kepada Humas Kota Bandung, Jumat 14 Agustus 2020.
Menurut Oded penerapan teknologi IoT berbasis hybrid ini, sekaligus menjadi yang pertama di Indonesia. Teknologi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kebutuhan layanan publik atau warga Bandung. Dengan adanya layanan ini ditargetkan masyarakat akan terlayani lebih cepat dan tepat.
“Karena dengan IoT ini, sudah semakin sedikit adanya campur tangan manusia. Semua digerakkan oleh mesin ke mesin. Sehingga semua layanan publik akan lebih transparan, cepat, efisien, hemat biaya, terukur dalam tata kelola pemerintahan,” tambahnya.
Selain menjadi kota pertama yang menerapkan IoT di Indonesia, pemerintahan Kota Bandung bangga karena dalam pengimplementasian IoT ini melibatkan orang-orang Bandung. Orang-orang yang membantu dalam pengimplementasian IoT tersebut dari komunitas Bandung Economic Empowerment Center (BEEC).
“Mereka membuat usulan untuk ikut terlibat membangun kota tercinta mereka dengan menyumbangkan keahliannya di bidang teknologi IoT berbasis satelit,” ucap Oded.
Ujang Koswara , Ketua BEEC mengatakan bahwa rencananya teknologi ini akan diterapkan pada 17 pekerjaan di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Namun untuk penerapan teknologi ini akan dilakukan secara bertahap tidak secara serentak. Teknologi yang akan diimplementasikan antara lain monitoring digital Mini Command Center di Pendopo Kota Bandung, tracking system truk sampah yang akan menggandeng PD Kebersihan. Termasuk juga Automatic Meter Reading (AMR) di pelanggan PDAM, dan media monitoring.
“Sedang yang lain adalah Bandung Sosial Box yang ditempatkan di kelurahan, berguna sabagai perangkat komunikasi 2 arah antara wali kota dan warganya. Fungsi lainnya antara lain sebagai sebagai food bank automatic untuk penyaluran beras bantuan sosial warga pra sejahtera,” ujar Ujang.
BEEC sebagai komunitas independen dengan berbagai potensi keahlian anggotanya termasuk tim IoT ini, mencoba ikut ambil bagian membantu pengembangan kota ini menjadi kota pintar yang sesungguhnya. Mereka juga mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan secara mandiri.
“Sedangkan 17 program implementasi IoT ini, pendanaannya kami lakukan secara mandiri tanpa dana dari APBD. Ini masih berbentuk pilot project selama 1-3 bulan,” tuturnya.
Ujang juga menjelaskan bahwa dalam implementasi IoT di Kota Bandung ini terdapat kendala dalam membangun platform dan waktu. Dalam implementasinya akan terdapat 2 platform, yakni papatong.id dan papatong.net yang digunakan dalam bagian dari proyek pembangunan IoT.
Kedua platform tersebut harus terhubung dengan sistem yang digunakan di Kota Bandung. Selain itu, keduanya harus dapat dioperasikan dengan berbagai mode jaringan, seperti GSM, lora dan satelit. Untuk mengikuti perkembangan yang ada, platform ini sejak awal dirancang untuk dapat mendukung jaringan 5G.
“Jadi platform papatong.id dan papatong.net itu kami sebut cross platform (lintas platform). Karena bisa digunakan sesuai kebutuhan jaringan dengan sistem kerja digital monitoring, analitik, treceability (pelacakan), dan dokumentasi,” ujar Ujang.