ASIOTI: Indonesia Selangkah Lebih Maju dalam Gunakan IoT di Dunia
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 09 Mei 2022 12.28 WIB
Penggunaan teknologi internet of things (IoT) di Indonesia disebut selangkah lebih maju dibandingkan dunia. Hal ini karena kancah industri IoT Indonesia terlihat begitu pesat dan masif. Hal ini diterangkan oleh Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya dalam acara konferensi pers ‘The 4th IoT Creation’ yang berlangsung di Jakarta, Selasa (12/4/2022).
Teguh mengatakan bahwa pertumbuhan IoT di Indonesia naik di atas 10% setiap tahunnya. Bahkan angka ini juga bisa lebih tinggi lagi jika dibandingkan secara global, menunjukkan bahwa industri IoT Indonesia berkembang dengan sangat pesat.
“Secara global malah lebih tinggi lagi, laporan terakhir 28,6%. Namun demikian, di Indonesia masih didominasi hanya di beberapa sektor saja,” ungkap Teguh.
IoT di Indonesia sendiri secara penggunaan konsumen pribadi, umumnya diterapkan dalam smart room. Sementara untuk korporasi dan bisnis, IoT diterapkan untuk smart building dan smart manufacture.
Teguh kemudian menuturkan bahwa dengan potensi IoT yang besar, ia yakin bahwa Indonesia akan terus mengalami peningkatan serta perkembangan di sektor industri IoT. Namun Teguh mengatakan, ada alasan mengapa perkembangan IoT di Indonesia kemudian terhambat dan tidak maksimal.
Menurut Teguh, pengembangan IoT tidak hanya membutuhkan konektivitas internet saja. Koneksi dari IoT hanya sebagian kecil dari semua hal yang dibutuhkan untuk pengembangan IoT. Solusi yang dibutuhkan bisa lebih beragam, seperti pengembangan alat, pasokan komponen, hingga pemasaran dari produk IoT itu sendiri.
“Solusinya harus bisa menjadikan perangkat IoT ini bermanfaat dan bisa dirasakan dampaknya, dengan tarif biaya yang terjangkau,” tutur Teguh.
Salah satu survei yang dilakukan ASIOTI bersama mitra juga menunjukkan, bahwa hambatan implementasi IoT di Indonesia paling besar adalah masalah leadership, keputusan yang diambil kepala tim untuk menerapkan IoT. Hambatan lainnya, adalah anggaran yang juga didukung ketidaksiapan untuk beradaptasi ke dunia digital.
“Itu semua tentunya selain masalah pandemi, di mana ada hambatan masalah supply sensor atau komponen elektronik, tapi itu sudah teratasi tahun ini,” pungkas Teguh.