Mahasiswa UGM Kembangkan Permainan Dakon Berbasis AR


Ilustrasi Augmented Reality

Ilustrasi Augmented Reality

Kemampuan membaca adalah aspek krusial dalam perkembangan literasi anak yang akan mempengaruhi kemampuannya di masa depan. Rendahnya tingkat literasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, seperti ketidaksesuaian media pembelajaran dan strategi pengajaran yang diterapkan. Pada tahap usia dini, anak-anak mengalami perkembangan yang pesat dan sangat responsif terhadap berbagai rangsangan dari lingkungan mereka. Salah satu metode yang efektif untuk memberikan rangsangan tersebut adalah melalui permainan. Permainan yang tepat dapat mendukung perkembangan anak secara lebih optimal.

Sehubungan dengan hal tersebut, tim mahasiswa dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UGM telah mengembangkan inovasi permainan tradisional dakon yang dilengkapi dengan elemen cerita fabel, yang berfungsi sebagai media permainan edukatif yang juga mengintegrasikan fitur Augmented Reality (AR). Permainan ini dinamakan Dakdokkonkan. Tim ini terdiri dari Najla Ega Amalia (Psikologi 21), Karita Dwi Oktavia (Sekolah Vokasi/DEB 22), Aditya Ramadhan (Teknologi Informasi 20), dan Anindya Verawati (Psikologi 22), dengan bimbingan dosen Dina Natasari, S.E., M.Si, Ak.

Najla menjelaskan bahwa penelitian menunjukkan bahwa permainan dakon memiliki efektivitas yang tinggi dalam membantu perkembangan kognitif, karakter, dan interaksi sosial anak. Dengan latar belakang tersebut, tim memutuskan untuk memanfaatkan permainan dakon dalam inovasi ini. "Kami bertujuan untuk meningkatkan fokus anak melalui permainan dakon yang menantang mereka untuk memasukkan biji ke dalam setiap lubang yang ada," jelas Najla.

Salah satu inovasi baru dalam permainan Dakdokkonkan adalah integrasi teknologi melalui fitur Augmented Reality. Fitur ini digunakan untuk menyajikan pertanyaan interaktif serta mencatat skor ketika pemain menjawab dengan benar. "Pertanyaan akan muncul ketika pemain meletakkan biji terakhir pada lubang yang telah ditandai," ujarnya.

Penggunaan AR sebagai media interaktif diharapkan dapat menarik perhatian anak-anak saat bermain, karena teknologi ini mampu memunculkan karakter cerita yang dapat terdeteksi melalui buku cerita yang menyertai permainan. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan fungsi tambahan, seperti menampilkan pertanyaan dan mencatat skor yang diperoleh ketika pemain menjawab pertanyaan terkait cerita dengan tepat. "Dengan adanya fitur AR, kami berharap anak-anak dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi melalui aplikasi yang edukatif, sehingga dapat berkontribusi pada perkembangan mereka," kata Najla.

Permainan ini tidak hanya fokus pada peningkatan kemampuan literasi anak melalui pemahaman cerita, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi mereka dengan mengintegrasikan permainan dakon dan alur cerita yang menarik. "Melalui penggunaan permainan tradisional ini, kami berharap dapat menjaga keberlangsungan permainan tersebut agar tetap dikenal oleh masyarakat, khususnya anak-anak di era sekarang," tambahnya.

Dakdokkonkan ini mengusung cerita fabel yang memiliki tiga latar yang berbeda. Cerita fabel tersebut menggambarkan petualangan dua tokoh yang berupaya menyelesaikan misi, sambil menyampaikan nilai-nilai moral yang penting dan melatih kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah melalui pertanyaan yang muncul di setiap tantangan yang mereka hadapi.

Dalam satu paket permainan Dakdokkonkan, anak-anak akan mendapatkan papan permainan dakon beserta bijinya, buku cerita, panduan bermain, dan stiker karakter dari tokoh fabel yang dapat mereka tempelkan di papan dakon sesuai dengan imajinasi dan kreativitas mereka. Selain berfungsi sebagai sarana pelatihan kreativitas, stiker ini juga memberikan hiburan tambahan bagi anak-anak. Untuk memperluas edukasi dan meningkatkan semangat literasi di kalangan anak-anak, tim saat ini tengah menjalin kerjasama dengan komunitas permainan anak-anak serta berbagai instansi pendidikan. "Kami juga telah menginformasikan bahwa Dakdokkonkan sudah tersedia di marketplace Tokopedia," tambah Najla.

Dengan segala inovasi ini, tim PKM UGM berharap Dakdokkonkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mendukung perkembangan literasi anak, sekaligus memperkenalkan mereka pada permainan tradisional yang kaya akan nilai budaya. Selain itu, pendekatan ini diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan interaktif, sehingga anak-anak dapat belajar dengan cara yang tidak membosankan dan lebih bermakna.


Bagikan artikel ini

Video Terkait