Mengenal DePIN: Inovasi Infrastruktur Fisik Berbasis Blockchain


Ilustrasi Blockchain

Ilustrasi Blockchain

Industri blockchain kini semakin berkembang dengan berbagai narasi inovatif seperti Real-world Asset (RWA), cloud terdesentralisasi, dan liquid staking. Namun, menjelang akhir tahun 2023, perhatian utama bergeser pada konsep baru yang dikenal sebagai DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Network). Dengan Total Value Locked (TVL) sebesar 19,5 miliar dolar AS, DePIN menjadi salah satu pendorong utama dalam adopsi blockchain secara luas.

DePIN memberikan kesempatan bagi individu untuk mengakses berbagai layanan, seperti WiFi, transportasi, penyimpanan data, hingga peta digital, sambil mendapatkan imbalan berupa token. Tidak hanya itu, DePIN membuka peluang baru bagi pengembang untuk menciptakan solusi yang lebih efisien dan inklusif. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai konsep DePIN, bagaimana ia bekerja, dan mengapa ia menjadi sorotan utama di dunia blockchain saat ini.

 

Apa Itu DePIN?

DePIN adalah singkatan dari Decentralized Physical Infrastructure Network yaitu konsep inovatif yang memanfaatkan token sebagai imbalan untuk mendorong pembangunan serta pengembangan infrastruktur fisik di dunia nyata. DePIN mendorong konsep yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk mendesentralisasikan kepemilikan dan pengelolaan infrastruktur fisik di dunia nyata. Infrastruktur fisik yang dimaksud meliputi jaringan nirkabel, layanan cloud, jaringan mobilitas, dan sistem penyediaan energi. Sebagian besar infrastruktur ini sering kali didominasi oleh perusahaan besar yang memiliki kebutuhan modal tinggi, yang membuatnya sulit untuk bersaing dan berinovasi dan sering kali juga mengakibatkan monopoli dalam harga dan layanan. DePIN ingin mengubah hal ini dengan memberikan kontrol lebih besar kepada masyarakat, dengan memanfaatkan teknologi blockchain, insentif token, serta kekuatan internet.

 

Pergeseran Menuju Desentralisasi

Salah satu fitur utama DePIN adalah pergeseran dari model terpusat ke model desentralisasi. DePIN memungkinkan partisipasi pengguna di seluruh dunia, sehingga mengurangi ketergantungan pada entitas besar dan menerapkan model ekonomi berbagi.

Sebagai contoh, Hivemapper menerapkan konsep "drive-to-earn," di mana pengguna dapat berkontribusi dengan mengumpulkan gambar jalan untuk membangun peta versi terdesentralisasi. Setiap kontribusi akan dihargai dengan token HONEY, memberikan insentif bagi pengguna untuk berpartisipasi.

Dengan cara ini, DePIN menciptakan ekosistem baru bagi desain dan pembangunan infrastruktur fisik. Setiap jaringan DePIN memanfaatkan perangkat fisik yang menghasilkan dan berbagi data, menciptakan peluang untuk inovasi yang sebelumnya tidak mungkin.

 

Peta Sektor DePIN

Menurut Messari, peta sektor DePIN dibagi menjadi empat kategori utama: server, nirkabel, sensor, dan jaringan energi. Kategori ini kemudian diperluas menjadi dua subkategori, yaitu:

  1. Physical Resource Networks (PRN): Jaringan yang dirancang untuk memberikan insentif kepada pengguna agar memanfaatkan perangkat keras yang bergantung pada lokasi dan tidak dapat dipertukarkan. Contoh dari sumber daya ini termasuk energi, data geospasial, dan konektivitas yang bersifat fisik. Dalam PRN, pengguna yang menyediakan akses atau data dari perangkat keras di lokasi tertentu akan menerima imbalan dalam bentuk token. Ini mendorong partisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya fisik, memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara individu dan komunitas, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya lokal.
  2. Digital Resource Networks (DRN): Berfungsi untuk memberikan insentif kepada peserta yang memanfaatkan perangkat keras yang menawarkan sumber daya digital yang dapat dipertukarkan. Sumber daya ini mencakup komputasi, penyimpanan, bandwidth, dan berbagai layanan digital lainnya. Dalam DRN, pengguna dapat menawarkan kapasitas penyimpanan atau daya komputasi yang tidak terpakai untuk digunakan oleh pihak lain, dan sebagai imbalannya, mereka mendapatkan token. Model ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas layanan digital, tetapi juga menciptakan ekosistem yang mendorong inovasi dan kolaborasi di antara pengguna yang memiliki kebutuhan berbeda, sekaligus memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada.

 

Asal Usul Istilah DePIN

Istilah DePIN pertama kali diperkenalkan dalam industri blockchain pada November 2022. Messari, melalui voting di Twitter, menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk memberi nama pada infrastruktur fisik Web3. Berbagai opsi seperti Proof of Physical Work (PoPw), Token Incentivized Physical Networks (TIPIN), dan EdgeFi juga dipertimbangkan. Namun, DePIN menjadi pilihan terbanyak dengan 31,6% suara.

 

Cara Kerja DePIN

DePIN melibatkan sejumlah komponen utama yang berkolaborasi untuk menciptakan jaringan yang efisien:

  1. Jaringan Infrastruktur Fisik: Ini mencakup berbagai perangkat fisik yang digunakan untuk menyediakan layanan nyata. Ini termasuk kendaraan yang mendukung jaringan mobilitas, panel surya yang berkontribusi pada jaringan energi terbarukan, hotspot yang menyediakan akses nirkabel, dan server yang mendukung operasi jaringan cloud. Semua komponen ini berfungsi secara sinergis untuk menciptakan ekosistem yang efisien dan terdesentralisasi.
  2. Infrastruktur Komputasi Off-chain: DePIN membutuhkan perantara yang menghubungkan data dunia fisik dengan blockchain, Contoh yang umum digunakan adalah oracle, yang bertugas mentransfer data eksternal seperti informasi cuaca atau status kendaraan ke dalam blockchain. Ini memastikan bahwa smart contract dapat beroperasi dengan data yang akurat dan terkini.
  3. Arsitektur Blockchain: JArsitektur Blockchain dalam jaringan DePIN berfungsi sebagai fondasi teknis yang memungkinkan interaksi antara berbagai elemen dalam sistem. Ini mencakup logika smart contract yang mengatur aturan transaksi dan interaksi di dalam jaringan. Selain itu, arsitektur ini juga berfungsi sebagai pencatat semua transaksi dan pusat ekonomi token, menjaga transparansi dan keamanan dalam ekosistem.
  4. Insentif Token: Dalam jaringan DePIN, penyedia layanan akan menerima imbalan berupa token sebagai kompensasi atas kontribusi mereka, baik itu dalam bentuk penyediaan perangkat fisik atau layanan digital. Insentif ini tidak hanya mendorong partisipasi aktif tetapi juga menciptakan insentif ekonomi untuk meningkatkan kualitas dan jumlah layanan yang tersedia dalam jaringan.

 

Konsep DePIN Flywheel

DePIN Flywheel menggambarkan bagaimana pertumbuhan satu elemen dapat memicu pertumbuhan elemen lainnya, menciptakan siklus pertumbuhan yang berkelanjutan. Proses ini terdiri dari beberapa langkah yang saling terkait:

  1. Pengembangan Infrastruktur: Melibatkan peserta yang berkontribusi dengan menyediakan berbagai perangkat fisik, seperti hotspot WiFi, panel surya, atau kendaraan. Dengan bergabung dalam jaringan DePIN, mereka menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan lebih lanjut, memungkinkan perluasan layanan dan peningkatan efisiensi di dalam ekosistem.
  2. Insentif Token: Penyedia infrastruktur mendapatkan token sebagai imbalan, yang dapat digunakan dalam ekosistem DePIN. Token ini tidak hanya berfungsi sebagai penghargaan, tetapi juga dapat digunakan untuk mengakses layanan lain, membeli sumber daya, atau bahkan berpartisipasi dalam keputusan jaringan, memberikan insentif tambahan untuk keterlibatan aktif.
  3. Pertumbuhan Organik: Pertumbuhan jaringan DePIN bersifat organik, yang berarti semakin banyak peserta dan infrastruktur yang terlibat, semakin kuat dan luas jaringan tersebut. Hal ini menciptakan sinergi di mana keberadaan lebih banyak layanan dan penyedia akan menarik lebih banyak pengguna, sehingga mendorong partisipasi yang lebih luas dalam ekosistem.
  4. Aliran Pendapatan: Dengan adanya infrastruktur yang kuat, lebih banyak pengguna akan bersedia membayar untuk mengakses layanan yang tersedia. Ini menciptakan aliran pendapatan yang stabil bagi penyedia, yang pada gilirannya memotivasi mereka untuk terus berkontribusi dan meningkatkan kualitas layanan yang ditawarkan.
  5. Daya Tarik untuk Investor: Keberhasilan jaringan akan menarik lebih banyak investor dan pengguna baru. Dengan peningkatan pengguna dan aliran pendapatan yang menjanjikan, lebih banyak investor akan tertarik untuk berinvestasi, mendukung pertumbuhan finansial dan memperkuat posisi jaringan di pasar yang kompetitif.

Contoh yang sukses dari konsep Flywheel ini adalah Helium, yang berhasil membangun jaringan IoT terbesar dalam waktu singkat, dengan lebih dari 400.000 hotspot aktif di seluruh dunia.

 

Keunggulan DePIN

DePIN memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan infrastruktur fisik tradisional, yang dapat menjadi titik penting bagi masa depan teknologi ini:

  1. Desentralisasi: DePIN memfasilitasi pergeseran dari model terpusat ke terdesentralisasi, mengurangi ketergantungan pada perusahaan besar untuk membangun dan memelihara infrastruktur fisik.
  2. Model Ekonomi Berbagi: Konsep ekonomi berbagi diterapkan di mana tanggung jawab dan biaya pembangunan infrastruktur didistribusikan di antara peserta, menciptakan model yang lebih adil dan efisien.
  3. Biaya Lebih Murah: Dengan memanfaatkan infrastruktur yang dikelola secara terdesentralisasi, pengguna dapat menikmati layanan dengan biaya yang lebih rendah. Contohnya, dalam layanan penyimpanan data, pengguna dapat memilih alternatif seperti Filecoin atau Storj yang lebih terjangkau dan memberikan imbalan token.
  4. Peluang Inovasi: Dengan menghilangkan hambatan masuk yang sering ada dalam model tradisional, DePIN mendorong pemain baru untuk berkompetisi di pasar yang sebelumnya dikuasai oleh segelintir perusahaan besar.

 

Contoh Proyek dalam DePIN

Berikut adalah beberapa proyek yang menerapkan prinsip DePIN:

  1. Helium (HNT): Proyek ini membangun jaringan nirkabel terdesentralisasi yang memungkinkan pengguna mendapatkan token HNT sebagai imbalan untuk menyediakan konektivitas. Dengan adanya Helium Mobile, layanan ini menggabungkan jaringan Helium dengan jaringan seluler 5G, memberikan layanan seluler yang lebih murah dibandingkan rata-rata.
  2. Filecoin (FIL): Berfokus pada penyimpanan data terdesentralisasi, Filecoin memungkinkan individu atau perusahaan menyewakan ruang penyimpanan yang tidak terpakai. Penyedia penyimpanan mendapatkan token FIL sebagai imbalan, sementara pengguna membayar untuk layanan tersebut.
  3. Render (RNDR): Proyek ini menyediakan layanan rendering terdesentralisasi yang menghubungkan pengguna yang membutuhkan pemrosesan grafis dengan penyedia GPU yang tersedia. Dalam model ini, penyedia mendapatkan token RNDR sebagai imbalan.
  4. IoTeX (IOTX): IoTeX berfokus pada Internet of Things (IoT) dan memberikan solusi keamanan dan privasi melalui perangkat keras terdesentralisasi. Dengan platform ini, pengguna dapat meningkatkan keamanan dan privasi sambil mendapatkan token IOTX sebagai imbalan.
  5. Livepeer (LPT): Platform ini memudahkan pengembang untuk mengintegrasikan video streaming langsung ke dalam aplikasi mereka. Livepeer menyediakan layanan transcoding video, dengan token LPT sebagai token utilitas di dalam ekosistemnya.

 

Kesimpulan

DePIN merupakan sebuah terobosan dalam cara penyebaran dan pemeliharaan infrastruktur fisik dengan memanfaatkan teknologi blockchain dan insentif token. Dengan keunggulan yang ditawarkan, seperti desentralisasi, model ekonomi berbagi, dan biaya yang lebih rendah, DePIN memiliki potensi untuk menjadi pemain utama dalam pengembangan infrastruktur fisik di masa depan. 

Proyek-proyek DePIN yang terus bermunculan diharapkan mampu menghadirkan inovasi dan perubahan signifikan dalam cara kita membangun dan memelihara jaringan infrastruktur. Dengan dukungan teknologi yang tepat, DePIN dapat menjadi kekuatan penggerak yang merombak cara kita berinteraksi dengan layanan fisik, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.


Bagikan artikel ini

Video Terkait