Kemenko Marves Manfaatkan Big Data untuk Pantau Efektivitas PPKM
- Balqis Alyamayadita Rahman
- •
- 30 Nov 2021 09.51 WIB
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyampaikan bahwa mereka memanfaatkan data empiris yang berupa big data dan analisis modeling statistik menjadi untuk membantu melakukan pemantauan efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Kami membutuhkan indikator untuk memantau efektivitas dari PPKM tersebut, jadi tujuan utamanya adalah mobilitas. Kita bangun satu indikator yang menggambarkan aktivitas dan mobilitas masyarakat selama PPKM," Kata Staf Khusus Menteri Bidang Hubungan Internasional dan Perjanjian Kemenko Marves, M. Firman HIdayat dalam seminar Hasil Riset Kebencanaan Ideathon Bali Kembali yang diadakan secara daring, Selasa (23/11/2021).
Firman mengatakan bahwa ada tiga indikator yang kemudian digabungkan menjadi satu indikator komposisi oleh pemerintah untuk memantau efektivitas PPKM di masyarakat. Ketiga indikator tersebut adalah Facebook Mobility, Google Traffic, dan intensitas cahaya pada malam hari dari NASA/NOAA.
Ketiga indikator tersebut pun dipilih karena ketiganya telah memenuhi dua elemen penting dalam pemantauan PPKM, yaitu real-time dan locality. Ketiga indikator ini juga dapat menggambarkan aktivitas dan pergerakan masyarakat pada level kabupaten atau kota dengan lag yang relatif pendek.
Firman menjelaskan bahwa Facebook Mobility dapat membantu pemerintah dalam mengukur aktivitas dan pergerakan penggunanya berdasarkan lokasi GPS dan jaringan telekomunikasi. Platform tersebut juga dapat menggambarkan pergerakan orang antarwilayah dan di dalam wilayah tertentu hingga tingkat komunal.
Sementara dengan Google Traffic, aktivitas dan pergerakan lalu lintas masyarakat di setiap kabupaten atau kota di empat jalan utama berbeda menuju pusat kota dapat dipantau secara real-time. Google Traffic kemudian membantu pemantauan pada jalan-jalan yang disekat oleh TNI-POLRI.
"Kita bisa pantau efektivitas dari penyekatan-penyekatan yang dilakukan oleh TNI-POLRI, sehingga akan terlihat bagaimana kepadatan kendaraan. Selain itu, kita juga dapat melihat efektivitas instruksi pemerintah untuk misalnya, melakukan WFO," jelas Firman.
Firman juga menjelaskan bahwa intensitas cahaya pada malam hari dapat mengukur aktivitas dan pergerakan masyarakat pada malam hari. Data intensitas cahaya ini sendiri diperoleh dari pencitraan satelit NASA. Jika warna cahaya pada data semakin merah, maka aktivitas yang dilakukan masyarakat pada malam hari pun semakin tinggi.
Menurut Firman, berdasarkan analisis model statistik setelah penggunaan ketiga indikator tersebut, penurunan indeks komposit akan diikuti dengan penurunan kasus dalam waktu 14 sampai 21 hari. Hal ini tentunya dapat mendukung efektivitas dari PPKM bagi masyarakat.
“Jadi, dengan menggunakan teknologi data dan riset, kita bisa secara efektif menerapkan dan memantau efektivitas pelaksanaan PPKM. Alhamdulillah hingga saat ini kasus kasus jadi rendah, kasus sudah turun hingga lebih dari 95 sampai 99 persen dibanding kasus puncaknya pada 15 Juli," ungkap Firman.