Tech Brain Drain, Ancaman Besar Bagi Perusahaan IT di Indonesia
- Nikita Dewi Kurnia Salwa
- •
- 28 Okt 2024 08.01 WIB
Banyak talenta Indonesia di sektor teknologi dan informasi (IT) yang memilih untuk bekerja di luar negeri, dan fenomena ini membawa dampak signifikan bagi startup dan perusahaan rintisan berbasis teknologi di tanah air. Keadaan ini dikenal dengan istilah tech brain drain, yang merujuk pada migrasi para profesional IT dari Indonesia ke negara-negara lain yang menawarkan lebih banyak peluang, baik dari segi kompensasi yang lebih baik, fasilitas teknologi yang lebih maju, maupun kesempatan untuk pengembangan karir yang lebih menjanjikan.
Dudi Arisandi, Chief People Officer dari Tiket.com, menyatakan dalam acara Tech in Asia Conference di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, pada Kamis, 24 Oktober, bahwa masalah ini bukan hanya terkait dengan pencarian peluang oleh talenta teknologi di luar negeri, tetapi juga merupakan tantangan bagi perusahaan rintisan di Indonesia. Mereka harus bersaing tidak hanya dengan sesama startup, tetapi juga dengan perusahaan rintisan yang lebih besar dan mapan.
Fenomena kekurangan talenta teknologi ini menjadi perhatian serius tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju seperti Australia dan Jerman. Imeiniar Chandra, Associate Director dari Michael Page Indonesia, menjelaskan bahwa berdasarkan beberapa laporan, Indonesia diperkirakan akan menghadapi kekurangan sekitar 9 juta talenta teknologi pada tahun 2030. Setiap tahunnya, industri membutuhkan sekitar 600.000 tenaga ahli di bidang teknologi, namun jumlah talenta yang memenuhi kualifikasi masih jauh dari memadai. "Permintaan untuk talenta teknologi melebihi penawaran yang tersedia," jelas Imeiniar.
Dudi menambahkan bahwa masalah ini tidak hanya berkaitan dengan angka, tetapi juga kualitas. Kekurangan pasokan talenta sangat terkait dengan sejumlah faktor, seperti kualitas fasilitas, tingkat kompensasi gaji, dan peluang untuk berkembang. Beberapa keterampilan yang paling dibutuhkan, seperti ilmuwan data, pengembang perangkat lunak, dan insinyur kecerdasan buatan (AI), sangat sulit ditemukan di Indonesia. Banyak startup kesulitan untuk mendapatkan individu dengan keahlian spesifik tersebut. Apabila mereka berhasil menemukan talenta yang diinginkan, mereka harus bersaing dengan perusahaan besar yang juga ingin mempertahankan dan menarik perhatian para ahli ini.
Untuk mengatasi masalah tech brain drain ini, Dudi mengemukakan beberapa solusi yang bisa diterapkan dalam ekosistem teknologi di Indonesia. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan menyediakan lebih banyak kesempatan bagi talenta muda untuk berkembang dan belajar keterampilan baru. Memberikan akses kepada mereka terhadap alat dan teknologi terbaru dapat menjadi insentif yang besar untuk menjaga mereka tetap di Indonesia. Selain itu, peningkatan kualitas kurikulum pendidikan di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) juga menjadi hal yang krusial, terutama di tingkat pendidikan tinggi.
Dudi menekankan bahwa tanggung jawab tidak hanya terletak pada sektor swasta dan lembaga pendidikan, tetapi juga sangat penting bagi pemerintah untuk berperan aktif. Pemerintah sebagai pembuat regulasi memiliki pengaruh besar terhadap situasi dan perkembangan ekosistem teknologi di Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi antara sektor pendidikan dan industri menjadi kunci untuk memastikan bahwa lulusan dari universitas memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Dengan terciptanya iklim bisnis yang kondusif, diharapkan para talenta teknologi akan lebih tertarik untuk tetap tinggal dan berkontribusi di Indonesia. Pemerintah, pendidikan, dan industri perlu bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang menarik dan mendukung perkembangan talenta lokal. Hal ini bukan hanya akan membantu mengurangi tech brain drain, tetapi juga akan berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem teknologi yang lebih kuat dan berkelanjutan di Indonesia.
Fenomena tech brain drain di Indonesia merupakan tantangan yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Dengan langkah-langkah yang tepat, seperti peningkatan kualitas pendidikan, penyediaan fasilitas yang lebih baik, serta kolaborasi antara berbagai sektor, Indonesia dapat menciptakan kondisi yang lebih baik untuk mempertahankan dan mengembangkan talenta teknologinya. Ini adalah langkah penting untuk memastikan masa depan yang cerah bagi industri teknologi di Indonesia.