Waspada Kebocoran Data, Pastikan Aman Beraktivitas di Ruang Siber
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 22 Des 2020 15.18 WIB
Saat ini berbagai aktivitas banyak dilakukan melalui ruang siber, mulai dari sekadar melakukan komunikasi antar pengguna melalui sosial media dan hiburan hingga membantu aktivitas belajar dan bekerja. Ruang siber pun memberikan banyak keuntungan untuk masyarakat dalam mengakses data dan menjalan aktivitas digital, terutama di masa pandemi saat ini.
Namun meskipun memiliki keuntungan bagi masyarakat, ruang siber juga memiliki keamanan yang rentan. Terutama dengan jumlah penggunaan yang semakin meningkat di tahun 2020 ini. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahkan menyebutkan bahwa serangan siber tahun ini mengalami peningkatan yang signifikan, yang jumlahnya hingga ratusan juta.
Maka dari itu, masyarakat perlu untuk mengetahui cara agar data mereka yang ada di ruang siber bisa aman dan tidak mengalami kebocoran data atau data breach. Masyarakat tentunya berpikit apakah data mereka aman.
“Tanpa kita sadari, dengan menggunakan banyak perangkat digital, data pribadi kita tersimpan sangat banyak. Bahkan data yang sudah terhapus pun masih bisa ditemukan kembali. Data sensitive seperti transaksi dan data pribadi jadi sasaran empuk untuk disalahgunakan,” jelas Agus Prasetyo, Koordinator Proteksi Informasi E-Business Direktorat Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Selasa (22/12/2020).
Pada webinar bertajuk Smart Digital Citizen, Keamanan Informasi dan Data Digital yang dilaksanakan oleh Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) bersama Universitas Bakrie ini, Agus menjelaskan bahwa kondisi pandemi COVID-19 ini mengalami peningkatakn signifikan, terutama untuk malaware yang mencuri informasi.
Agus melanjutkan, serangan siber yang terjadi bisa dibagi ke tiga kategori. Kategori tersebut antara lain social engineering, malware, dan hacking. Pada social engineering, serangan dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan masyarakat pada aplikasi atau tawaran-tawaran menarik.
“Jika pernah menerima telepon atau link mencurigakan yang menawarkan hadiah menarik, maka patut untuk diwaspadai. Link tersebut bisa memberikan akses untuk terjadinya serangan siber yang mengambil data pribadi anda,” jelas Agus.
Selain penyerang secara langsung kontak dengan korban melalui social engineering, serangan dapat datang dalam perangkat lunak malware yang bisa menganggu penggunaan perangkat korban. Misalnya, malware berupa worm bisa membuat perangkat seakan-akan kehabisan ruang penyimpanan data. Hal ini tentunya dapat menyulitkan masyarakat menggunakan perangkatnya.
Menghadapi serangan siber tentunya memerlukan cara yang benar dan efektif. Cara-cara tersebut diantaranya adalah mengganti password, mem-backup data, menghindari link yang tidak dikenal, melakukan instalasi anti-virus, hingga selalu memperbarui aplikasi yang digunakan.
“Aplikasi yang lama tidak diperbaharui bisa mudah menerima serangan siber. Perlu diketahui jika aplikasi terus melakukan pembaruan, mereka telah me-review aplikasi untuk menutup lubang-lubang kerentanan serangan siber. Maka dari itu, memperbaharui aplikasi bisa membantu memastikan keamanan penggunanya,” jelas Agus.
Agus pun menambahkan bahwa akses WiFi gratis tanpa perlu memasukan password juga memberikan akses yang mudah untuk serangan siber terjadi. Maka dari itu, Agus mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan akses data sensitif melalui jaringan ini.
Mengganti password secara berkala menjadi juga untuk memastikan keamanan akses data di ruang siber. Agus menuturkan, password yang kuat dengan kombinasi yang sulit dan diganti berkala bisa mengurangi risiko serangan siber.
“Sebanyak 81 persen penyalahgunaan data dipicu oleh pencurian password atau password yang lemah. Oleh karena itu, mengganti password bisa mengurangi risiko serangan siber,” tutur Agus.
Selain itu, Agus juga menekankan bahwa keamanan di ruang siber tidak hanya terbentuk dari peran pemerintah sebagai penyedia regulasi dan akses. Keamanan bisa terbentuk jika ada kerja sama antara berbagai pihak.
“BSSN selalu mendorong awareness di masyarakat mengenai keamanan siber, bahwa keamanan tidak hanya mengangkat kepentingan pemerintah, tetapi semua pihak harus berkolaborasi. Mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga para penyedia layanan jaringan,” pungkas Agus.