India Perketat Regulasi E-Commerce: Upaya Melindungi Pasar Lokal


Ilustrasi Transformasi Digital 2

Ilustrasi Transformasi Digital

Pemerintah India semakin memperketat regulasi untuk mengawasi praktik e-commerce, terutama dalam konteks kebijakan nasional yang sedang digodok serta rancangan Undang-Undang Digital India. Tindakan ini mencerminkan keseriusan pemerintah dalam melindungi pasar domestik dari praktik bisnis yang dapat merugikan pemain lokal, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan perusahaan global yang memiliki kekuatan besar.

Menteri Perdagangan dan Industri India, Piyush Goyal, baru-baru ini menyuarakan kekhawatirannya mengenai praktik penetapan harga predator oleh perusahaan e-commerce multinasional. Ia secara spesifik menyoroti Amazon sebagai salah satu pelaku yang berpotensi merugikan persaingan pasar. Kekhawatiran ini muncul pada saat yang bersamaan dengan penyelidikan oleh Komisi Persaingan Usaha India terhadap usulan penggabungan antara Reliance dan Disney. Usulan ini dikhawatirkan dapat memberikan pengaruh yang terlalu besar kepada Reliance, terutama dalam pasar layanan streaming dan hak siar kriket, yang pada akhirnya dapat menekan kompetisi dan merugikan konsumen.

Fokus utama dari penyelidikan tersebut adalah untuk menentukan apakah penggabungan ini akan memberikan Reliance kekuatan monopoli dalam penetapan harga, terutama terkait hak siar olahraga kriket yang sangat populer di India. Jika terbukti, hal ini bisa menjadi ancaman serius bagi persaingan yang sehat di sektor tersebut. Pada saat yang sama, Ministry of Corporate Affairs (MCA) juga sedang bekerja keras untuk menyusun Undang-Undang Persaingan Usaha Digital. Tujuan dari undang-undang ini adalah untuk mencegah perilaku anti-persaingan di ruang digital, yang saat ini didominasi oleh perusahaan teknologi besar, baik lokal maupun global.

Masalah yang dihadapi dalam konteks ini cukup kompleks. Perusahaan besar, baik yang berasal dari India sendiri maupun yang beroperasi secara global, memiliki potensi untuk mendominasi pasar dan merugikan pemain-pemain yang lebih kecil. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah adil jika masalah ini hanya dilihat dari sudut pandang yang mengkhawatirkan dominasi perusahaan global seperti Amazon?

Jika melihat sejarah, jauh sebelum Flipkart diakuisisi oleh Walmart, perusahaan ini telah terlibat dalam persaingan ketat dengan Amazon. Persaingan ini tidak hanya terjadi di pasar, tetapi juga di arena kebijakan, di mana Flipkart berupaya memperkuat posisinya sebagai pemain lokal melawan raksasa global. Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar modal yang diinvestasikan dalam Flipkart juga berasal dari luar negeri, sehingga perbedaan antara pemain lokal dan global menjadi semakin kabur.

Reliance, yang saat ini merupakan salah satu perusahaan terbesar di India, juga tidak lepas dari sorotan. Hampir semua perusahaan teknologi global teratas telah berinvestasi di lengan digitalnya, Jio Platforms. Pada tahun 2016, Jio Platforms pernah dituduh melakukan praktik penetapan harga predator oleh operator telekomunikasi yang telah lebih dulu ada di pasar. Ini menunjukkan bahwa dominasi perusahaan besar bisa terjadi di mana saja, tanpa memandang asal usul modalnya.

Dalam proses penyusunan peraturan ex-ante, MCA menyadari bahwa pendekatan yang membedakan antara perusahaan global dan domestik tidak lagi relevan. Umpan balik dari dokumen konsultasi menunjukkan bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas antara perusahaan teknologi global besar dan platform digital domestik. Jika beberapa perusahaan lokal melihat raksasa teknologi seperti Google, Meta, Amazon, dan Apple sebagai ancaman, ada juga perusahaan lain yang menganggap Zomato, Swiggy, dan Oyo sebagai pesaing yang mengancam.

Khusus untuk sektor e-commerce dalam ritel, kebijakan pemerintah telah berevolusi sejak 2009 untuk melindungi kepentingan toko-toko kecil lokal. Contohnya, pembatasan 100% penanaman modal asing (FDI) dalam ritel multimerek, larangan FDI dalam perdagangan bisnis-ke-pelanggan daring, serta pengawasan ketat terhadap vendor pihak ketiga di platform seperti Amazon. Meski perusahaan multinasional mencoba mengakali peraturan dengan struktur penjual yang rumit, badan anti monopoli terus waspada dan menindaklanjuti keluhan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah berupaya menjaga keseimbangan antara perlindungan terhadap pemain lokal dan pengawasan terhadap dominasi perusahaan besar, baik lokal maupun global.


Bagikan artikel ini

Video Terkait