361 Juta Akun Email Bocor dan Dijual di Telegram


Telegram

Telegram

Salah satu kebocoran data terbesar dalam sejarah baru saja terungkap. Para peneliti keamanan siber menemukan kebocoran besar yang melibatkan 361 juta email, nama pengguna dan kata sandi unik yang kini dijual di forum dark web. Kumpulan data ini, yang memiliki total 122 GB dan terdiri dari 2 miliar baris data di 1.700 file, ditawarkan dengan harga hanya USD 500 melalui saluran eksklusif Telegram.

Menurut laporan dari Cyber Security News pada Kamis (18/7/2024), pelanggaran data ini ditemukan pada Mei 2024 dan merupakan kompilasi data dari berbagai sumber. Data tersebut mencakup kombinasi combo list yang telah dikumpulkan sebelumnya dan informasi yang diambil oleh malware infostealer canggih. Malware ini menggunakan teknik yang canggih untuk mengekstrak data sensitif dari sistem yang terinfeksi, seperti keylogging, memory scraping dan bahkan melewati otentikasi dalam beberapa kasus.

Platform dan layanan teknologi besar seperti Gmail, Amazon, Facebook, Netflix, Paplay, Instagram, Twitter, LastPass, Adobe, Twitch dan Coinbase termasuk dalam data yang bocor. Para peneliti dari Cyber Press telah memverifikasi keaslian data ini dengan menguji beberapa kredensial akun dan banyak dari akun tersebut masih aktif dan dapat digunakan untuk mengakses berbagai layanan online.

Kebocoran ini menimbulkan resiko besar bagi pengguna yang terkena dampak, termasuk potensi pencurian keuangan, penipuan identitas, dan pengambilalihan akun. Skala pelanggaran ini belum pernah terjadi sebelumnya, dengan sekitar 9 juta kredensial login Gmail yang disusupi. Data tersebut dijual melalui saluran Telegram terenkripsi, yang semakin populer di kalangan penjahat siber karena dianggap aman dan anonim.

Pakar keamanan siber mendesak pengguna untuk segera mengambil tindakan perlindungan. Pengguna disarankan untuk mengubah kata sandi semua akun online mereka, terutama yang tercantum dalam pelanggaran ini. Selain itu, mengaktifkan autentikasi dua faktor jika memungkinkan, menggunakan kata sandi yang unik dan kuat untuk setiap layanan online, serta memantau akun dengan cermat untuk tanda-tanda akses yang tidak sah atau aktivitas mencurigakan. Pengguna juga harus selalu waspada terhadap upaya phishing yang mungkin mengeksploitasi informasi yang bocor.

Kebocoran data besar-besaran ini menjadi pengingat akan tantangan berkelanjutan dalam keamanan siber dan pentingnya langkah-langkah perlindungan online yang kuat. Meskipun investigasi masih berlangsung, dampak penuh dari pelanggaran ini masih harus dilihat. Namun, tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan ancaman signifikan terhadap privasi dan keamanan online bagi jutaan pengguna di seluruh dunia.

Dalam dunia digital yang semakin terhubung, keamanan siber menjadi isu yang semakin mendesak. Kasus ini menyoroti betapa pentingnya perlindungan data dan kesadaran akan potensi ancaman yang selalu ada. Pengguna internet perlu terus meningkatkan kewaspadaan dan menggunakan alat-alat keamanan yang tersedia untuk melindungi diri mereka dari serangan siber yang semakin canggih.

Para ahli juga menyarankan untuk menggunakan pengelola kata sandi untuk membantu menciptakan dan menyimpan kata sandi yang kuat dan unik bagi setiap akun. Selain itu, selalu perbarui perangkat lunak dan sistem keamanan untuk mengurangi risiko terkena serangan dari malware dan infostealer.

Di sisi lain, platform dan layanan online juga memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi data pengguna mereka. Implementasi enkripsi yang kuat, deteksi ancaman yang canggih, dan respons cepat terhadap pelanggaran data adalah beberapa langkah penting yang harus diambil untuk menjaga keamanan dan kepercayaan pengguna.

Pelanggaran data besar-besaran ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam melawan kejahatan siber. Berbagi informasi tentang ancaman dan teknik yang digunakan oleh penjahat siber dapat membantu negara-negara dan organisasi untuk meningkatkan pertahanan mereka dan mencegah insiden serupa di masa depan.

Kebocoran data yang melibatkan 361 juta email dan kata sandi ini bukan hanya sebuah peringatan keras tentang ancaman keamanan siber, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia digital. Dengan tindakan perlindungan yang tepat dan kesadaran akan pentingnya keamanan data, kita dapat bersama-sama mengurangi risiko dan menjaga privasi serta keamanan informasi online kita.


Bagikan artikel ini

Video Terkait