Teknologi Gabungan Big data & AI Kunci Maju Fintech di Indonesia


Fintech

Ilustrasi Fintech

Chief Technology Officer (CTO) AdaKami, Dr. Ming Gu, menyatakan bahwa penerapan teknologi big data dan kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi kunci untuk mengatasi kesenjangan kredit (credit gap) dan mempercepat tercapainya inklusi keuangan di Indonesia secara lebih menyeluruh. Dalam sebuah keterangan pers yang diterima pada hari Kamis (07/11/2024), Dr. Gu mengungkapkan pandangannya tersebut pada sesi Tech in Asia Conference 2024.

Menurut Dr. Gu, penggunaan big data yang didukung oleh AI dapat menjadi solusi yang efektif, terutama bagi calon peminjam yang tidak memiliki rekam jejak kredit formal atau bahkan tidak pernah mengakses layanan pinjaman atau kredit sebelumnya. Hal ini sangat relevan di Indonesia, di mana banyak orang yang belum memiliki akses ke layanan keuangan tradisional dan bahkan tidak terdaftar dalam biro kredit. "Jika data dari biro kredit tidak tersedia, maka data alternatif bisa digunakan untuk menilai kelayakan kredit calon peminjam," ujar Dr. Gu. Dalam konteks ini, big data menjadi teknologi yang sangat berguna untuk melakukan penilaian dan analisis risiko yang lebih tepat.

Dr. Gu menekankan bahwa kombinasi keduanya dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk menjangkau dan melayani segmen masyarakat yang selama ini terabaikan oleh layanan keuangan tradisional. Hal ini sangat penting di negara seperti Indonesia, yang memiliki keanekaragaman budaya, latar belakang sosial, dan tantangan geografis yang besar. AI dan big data memungkinkan pelaku industri fintech untuk menyajikan solusi yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan pasar yang beragam.

Dalam praktiknya, AdaKami menggunakan berbagai sumber data alternatif untuk mengidentifikasi pola perilaku dan kebiasaan yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai skor atau profil kredit seseorang. Meskipun lebih kompleks dibandingkan dengan metode penilaian kredit tradisional, pendekatan ini memungkinkan AdaKami untuk memberikan akses keuangan kepada lebih banyak orang, bahkan mereka yang tidak memiliki catatan kredit formal. Dengan teknologi ini, AdaKami bisa melayani lebih banyak lapisan masyarakat secara lebih efektif dan efisien, tanpa terlalu bergantung pada data yang ada di biro kredit.

Selain itu, Dr. Gu juga mengungkapkan bahwa teknologi ini tidak hanya digunakan untuk analisis profil kredit, tetapi juga untuk mengidentifikasi dan mencegah penipuan (fraud), yang merupakan bagian penting dari mitigasi risiko dalam industri fintech. AdaKami memanfaatkan teknologi deteksi penipuan berbasis gambar, seperti mengidentifikasi manipulasi foto kartu identitas menggunakan AI. Langkah ini menjadi penting dalam menjaga integritas data dan memastikan bahwa hanya individu yang sah yang dapat mengakses layanan kredit. Dr. Gu juga menambahkan bahwa AdaKami sangat menjaga perlindungan data pribadi dan memastikan bahwa data yang digunakan hanya berasal dari sumber yang sah dan diolah dengan cara yang aman.

Untuk menjaga privasi nasabah, AdaKami menerapkan kebijakan ketat terkait penggunaan dan perlindungan data sensitif. Dr. Gu menegaskan bahwa perusahaan sangat serius dalam menangani data pribadi dan berkomitmen untuk menggunakan informasi tersebut secara bertanggung jawab serta sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Dr. Gu juga membahas potensi besar yang dimiliki industri fintech lending di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk mengadopsi teknologi fintech, namun ada tantangan signifikan yang harus dihadapi, yaitu infrastruktur keuangan konvensional yang masih terbatas, terutama di daerah pedesaan. "Geografi yang luas dan keterbatasan lembaga keuangan konvensional menjadi penghalang utama dalam memberikan akses layanan kredit kepada banyak masyarakat Indonesia," jelas Dr. Gu. Meskipun begitu, dia mencatat bahwa penetrasi internet seluler yang tinggi di Indonesia telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi dan bertransaksi. Hal ini memberi kesempatan bagi teknologi untuk menjembatani kesenjangan akses ke layanan keuangan.

Dengan dukungan teknologi AI dan penggunaan ponsel pintar, proses pinjaman dapat menjadi lebih efisien dan transparan. Hal ini memungkinkan pemberian layanan kredit yang lebih mudah diakses oleh masyarakat yang tidak memiliki rekam jejak kredit formal yang memadai, sekaligus mengurangi risiko yang dapat terjadi dalam pemberian pinjaman. "Kombinasi antara tingkat penetrasi internet dan jumlah pengguna smartphone yang tinggi di Indonesia memungkinkan kami untuk menawarkan layanan keuangan kepada masyarakat yang lebih luas," katanya.

Dr. Gu menambahkan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, permintaan terhadap kredit juga akan terus meningkat. Dengan mengandalkan teknologi big data dan AI , lembaga-lembaga keuangan, termasuk AdaKami, dapat lebih siap untuk memenuhi permintaan ini. Hal ini tidak hanya akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan tersebut bisa dirasakan oleh lebih banyak orang, terutama mereka yang sebelumnya terpinggirkan dari sistem keuangan formal. Dengan demikian, Indonesia semakin dekat dengan tercapainya inklusi keuangan yang sesungguhnya.

Secara keseluruhan, pandangan Dr. Gu menunjukkan bahwa big data dan AI memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong perkembangan fintech di Indonesia, mengurangi kesenjangan akses keuangan, dan membantu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam memberikan layanan keuangan yang lebih inklusif. Teknologi ini dapat menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan layanan kredit, serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.


Bagikan artikel ini

Video Terkait