Aspek Keamanan Siber Penting untuk Mendukung Transformasi Digital
- Balqis Alyamayadita Rahman
- •
- 27 Okt 2021 16.36 WIB
Pandemi COVID-19 mendorong banyak perusahaan untuk mengadopsi berbagai teknologi, seperti berlomba-lomba untuk bermigrasi ke cloud. Namun dalam proses migrasi ke cloud ini, aspek keamanan sering kali luput dari strategi transformasi digital, padahal kejahatan siber seperti malware banyak terjadi.
"Dengan adanya insiden malware yang tiada hentinya, digitalisasi tanpa keamanan bagaikan membangun gedung pencakar langit di atas pasir. Bisa hancur hanya dalam satu hari," kata Wilson Xiong, Founder & COO Sangfor Technologies pada acara Sangfor Epic-Innovation Summit 2021, Kamis (21/10/2021).
Pernyataan tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Guy Rosefelt, Chief Marketing Officer Security Sangfor Technologies. Ia mengatakan bahwa pada umumnya, produk keamanan hanya fokus untuk melindungi perangkat tertentu dan cenderung tidak terintegrasi dengan sistem lainnya.
Misalnya, produk keamanan end-point yang hanya melindungi perangkat end-point saja. Begitu juga dengan produk keamanan yang dikhususkan untuk aplikasi. Sedangkan untuk kebutuhan keamanan dan jaringan sendiri, banyak organisasi serta perusahaan yang menggunakan lebih dari satu produk vendor.
"Berbagai produk sistem keamanan ini seolah tidak berkomunikasi dengan satu sama lain. Ada celah di antara produk-produk keamanan ini, sehingga memungkinkan malware untuk masuk ke sistem," tutur Guy.
Menurut Guy, dibutuhkan waktu selama 197 hari oleh perusahaan untuk mendeteksi insiden keamanan (breach) dan 69 hari untuk menanganinya. Bahkan insiden keamanan bisa menghabiskan dana sebesar $3,68 juta. Hal tersebut menyebabkan dibutuhkannya koneksi dan sinergi yang lebih baik antara produk keamanan sehingga produk keamanan tersebut bisa memperluas lingkup mereka dan menutup celah dari serangan siber.
Guy juga mengatakan bahwa integrasi antarproduk keamanan dapat membantu meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi ancaman siber sampai 90%. Produktivitas pengguna juga berpotensi meningkat sampai 10 kali lipat serta waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi insiden keamanan dapat dipangkas hingga lebih dari 95%. Oleh sebab itu, Sangfor Technologies akan menerapkan Cyber Command Integrator 3rd Party Integration Module akan diimplementasikan oleh Sangfor dalam beberapa bulan mendatang.
“Teknologi tersebut memungkinkan kita untuk menghubungkan produk pihak ketiga ke Cyber Command, baik itu firewall, perangkat jaringan, dan lain sebagainya. Jadi, Cyber Command tidak hanya akan mengambil data untuk mempertajam breach hunting, tetapi juga bisa membantu perangkat keamanan lainnya meningkatkan kemampuan respon terhadap ancaman siber," jelas Guy.
Sangfor sendiri memiliki produk solusi keamanan lainnya, seperti Sangfor Access (SASE) yang memungkinkan cloud wide-area networking yang lebih aman, lalu Platform-X dan Endpoint Secure (SaaS) untuk perlindungan dan manajemen end-point berbasis cloud, serta Sangfor HCI dan Sangfor aDesk (MCI).
Pada kesempatan yang sama, Sangfor juga meluncurkan segmen bisnis baru, yaitu Managed Cloud Service (MCS), guna membantu perusahaan untuk melakukan migrasi ke cloud sebagai langkah transformasi digital secara aman.
Jason Yuan, VP Product & Marketing Sangfor Technologies mengatakan bahwa MCS menggabungkan kelebihan public cloud dan private cloud. Jason pun menambahkan bahwa MCS adalah data center lokal terdistribusi yang menawarkan infrastructure-as-service (IaaS) dan platform-as-service (PaaS) sehingga end-user tidak perlu membangun data center sendiri.
"MCS memungkinkan organisasi fokus ke transformasi digital sekaligus menciptakan lebih banyak nilai bisnis. MCS ini seperti public cloud lokal tetapi dengan keamanan dan layanan yang lebih baik," tutup Jason.