Meta: Dampak AI pada Misinformasi Pemilu Tetap Rendah di 2024
- Pabila Syaftahan
- •
- 21 jam yang lalu
Awal tahun ini, muncul kekhawatiran global tentang potensi penggunaan AI generatif untuk menyebarkan propaganda dan disinformasi selama pemilu. Namun, di penghujung tahun, Meta mengungkapkan bahwa kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya terbukti, setidaknya di platform seperti Facebook, Instagram, dan Threads. Dalam laporan terbaru, Meta menyebutkan bahwa dampak AI terhadap penyebaran misinformasi pemilu di platformnya sangat kecil.
Temuan ini berdasarkan analisis Meta terhadap konten pemilu di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Bangladesh, Indonesia, India, Pakistan, Uni Eropa, Prancis, Inggris, Afrika Selatan, Meksiko, dan Brasil. Dalam sebuah unggahan blog, Meta menyatakan bahwa meskipun terdapat beberapa contoh penggunaan AI untuk tujuan manipulasi, volume konten tersebut tetap rendah. “Kebijakan dan proses yang telah kami terapkan terbukti cukup efektif untuk mengurangi risiko konten AI generatif,” tulis Meta.
Selama periode pemilu, hanya kurang dari 1% misinformasi yang diperiksa kebenarannya berasal dari konten terkait politik, pemilu, atau isu sosial yang melibatkan AI.
Langkah Pencegahan Melalui Teknologi
Meta mengungkapkan bahwa alat pembuat gambar berbasis AI mereka, Imagine AI, telah menolak lebih dari 590.000 permintaan pembuatan gambar menjelang hari pemilu. Sebagian besar permintaan ini terkait upaya membuat deepfake tokoh politik terkenal, seperti Presiden Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, hingga Presiden Terpilih Donald Trump. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penyebaran konten palsu yang dapat memengaruhi opini publik secara signifikan.
Meta juga mencatat bahwa meskipun jaringan akun terkoordinasi mencoba memanfaatkan AI generatif untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas konten mereka, dampaknya terhadap upaya penyebaran propaganda tetap minimal. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI belum memberikan perubahan besar dalam kemampuan mereka menyebarkan disinformasi.
Fokus pada Aktivitas, Bukan Hanya Konten
Pendekatan Meta untuk menangani kampanye pengaruh tersembunyi tetap berfokus pada pola perilaku akun-akun tersebut, bukan hanya kontennya. Dengan strategi ini, Meta berhasil menghentikan sekitar 20 operasi pengaruh tersembunyi di berbagai negara sepanjang tahun.
Sebagian besar jaringan yang dihentikan diketahui menggunakan taktik manipulatif, seperti pembelian "like" palsu dan pengikut bot untuk menciptakan kesan popularitas yang tidak nyata. Namun, Meta menekankan bahwa jaringan tersebut tidak memiliki audiens yang autentik.
Meta Soroti Platform Lain
Selain menyoroti upayanya sendiri, Meta juga mengkritik platform lain. Perusahaan mencatat bahwa banyak video palsu terkait pemilu Amerika Serikat, yang berasal dari operasi pengaruh Rusia, diunggah di platform seperti X (sebelumnya Twitter) dan Telegram. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan disinformasi bersifat lintas platform dan membutuhkan perhatian lebih luas.
Meta juga menyampaikan bahwa pengalaman sepanjang tahun ini menjadi pelajaran penting. “Kami akan terus meninjau kebijakan kami dan, jika diperlukan, melakukan perubahan di bulan-bulan mendatang,” tulis perusahaan tersebut.
Komitmen Berkelanjutan untuk Mengatasi Disinformasi
Meta menegaskan pendekatannya untuk menanggulangi kampanye pengaruh tersembunyi tetap efektif, terlepas dari apakah konten tersebut dibuat menggunakan AI atau tidak. Fokus perusahaan ini lebih mengarah pada perilaku akun-akun terlibat, bukan hanya konten yang diunggah. Dengan demikian, Meta berhasil mengidentifikasi dan menonaktifkan sekitar 20 operasi pengaruh tersembunyi di seluruh dunia tahun ini.
Laporan ini juga menjadi pengingat bahwa melawan disinformasi tidak hanya bergantung pada teknologi tetapi juga membutuhkan kerja sama lintas sektor untuk membangun kepercayaan publik dan melindungi demokrasi di era digital. Dengan komitmen yang kuat, Meta optimis dapat terus menghadapi tantangan baru di masa depan.