AI Tumbuh Cepat, IBM Laporkan 725.000 Model Telah Tersedia
- Abd. Rofik Budin
- •
- 20 Jun 2024 13.54 WIB
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus mengalami perkembangan yang pesat. Hingga saat ini, tercatat lebih dari 725.000 model AI telah tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Fachrizal Sinaga, Senior Data & AI Partner Technical Specialist IBM Indonesia, dalam acara Digital Transformation Forum for Public Sector yang diadakan di Hotel Pullman Jakarta pada Kamis (20/6/2024).
Fachrizal menyatakan bahwa pertumbuhan model AI sangat signifikan dalam beberapa minggu terakhir. "Model AI yang saya cek pagi ini sudah mencapai 725.000 model. Ini luar biasa, karena beberapa waktu lalu jumlahnya masih 670.000 model," ujarnya. Menurut Fachrizal, rata-rata terdapat penambahan sekitar 50.000 model AI dalam beberapa minggu, menunjukkan bahwa teknologi ini berkembang dengan sangat cepat.
Lebih lanjut, Fachrizal menyoroti bahwa IBM, sebagai salah satu perusahaan yang mengembangkan produk AI seperti WatsonX, melihat pentingnya model AI yang bersifat terbuka. Menurutnya, model AI yang terbuka memberikan akses yang lebih luas kepada inovasi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus dari berbagai institusi. "Model AI sebaiknya terbuka, sehingga memungkinkan akses terhadap inovasi," jelasnya.
Selain itu, Fachrizal menekankan bahwa model AI harus memiliki target yang jelas dan dapat diandalkan. Misalnya, model AI harus sesuai dengan bahasa dan domain spesifik dari institusi yang menggunakannya. "Model AI juga harus dapat dipercaya, dan memiliki mekanisme penyaringan yang efektif untuk mencegah ucapan-ucapan yang tidak diinginkan seperti ujaran kebencian," tambahnya.
Dalam konteks pemerintahan, Fachrizal menjelaskan bahwa solusi AI yang paling banyak digunakan saat ini adalah yang berfokus pada pengelolaan dan konsolidasi dokumen. Pemerintah, katanya, memiliki kebutuhan untuk mengintegrasikan berbagai dokumen yang tersebar di berbagai platform seperti email, drive, dan komputer, sehingga lebih mudah ditemukan saat diperlukan. "Pemerintah ingin agar dokumen-dokumen tersebut bisa menyatu dan mudah diakses saat dibutuhkan," ujar Fachrizal. Dengan adanya AI yang mampu mengkonsolidasikan data internal, informasi yang dihasilkan dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi institusi.
Salah satu contoh solusi AI yang banyak diminati oleh pemerintah adalah kemampuan untuk meringkas dokumen. Pemerintah membutuhkan AI yang bisa meringkas dan menyajikan inti dari sebuah halaman dokumen secara efisien. "Pemerintah ingin memiliki AI yang bisa memberitahu inti dari sebuah halaman tertentu dengan cepat dan akurat," jelas Fachrizal.
Fachrizal juga memberikan contoh penerapan AI di berbagai sektor. Ia menyebutkan Maricopa, sebuah Wilayah Statistik Metropolitan di Arizona, Amerika Serikat, sebagai contoh di mana AI digunakan untuk mengelola 70% percakapan di situs web tanpa campur tangan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa AI mampu menggantikan tugas-tugas rutin yang sebelumnya memerlukan intervensi manusia.
Selain itu, Fachrizal juga menyebutkan penggunaan AI di India, di mana portal perjalanan Via menggunakan AI untuk menjawab sekitar 3.000 pertanyaan pelanggan setiap bulan terkait jadwal kedatangan bus. Penggunaan AI ini sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan responsivitas layanan kepada pelanggan.
Tidak hanya itu, NASA juga telah memanfaatkan AI dalam pemeriksaan cuaca, menegaskan bahwa aplikasi AI sudah mencakup berbagai bidang dan memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai industri. "Bahkan untuk pemeriksaan cuaca, NASA telah menggunakan AI," kata Fachrizal.
Dengan pertumbuhan yang begitu pesat dan penerapan yang semakin luas, kecerdasan buatan telah menjadi elemen penting dalam upaya digitalisasi di berbagai sektor, termasuk pemerintahan. Melalui solusi AI yang inovatif, pemerintah dan organisasi lain dapat meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan data, informasi, dan operasional, serta menghadapi tantangan yang semakin kompleks di era digital ini.