Indosat Gandeng UNTAD Lestarikan Mangrove di Palu dengan IoT
- Pabila Syaftahan
- •
- 21 Agt 2024 17.06 WIB
Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelestarian lingkungan melalui program Digitalisasi Konservasi Mangrove. Setelah berhasil menjalankan program ini di beberapa wilayah seperti Kalimantan Utara, Aceh, Jawa Tengah, dan Maluku, Indosat kini memperluas inisiatifnya ke Sulawesi Tengah, tepatnya di kota Palu.
Dalam upaya memperkuat benteng pesisir di Sulawesi Tengah, Indosat bekerja sama dengan Global System for Mobile Communication Association (GSMA) dan Universitas Tadulako (UNTAD). Kerja sama ini berfokus pada penerapan teknologi Internet of Things (IoT) untuk mendukung konservasi mangrove secara digital. Program ini pertama kali diluncurkan pada Mei 2023 di Nunukan, Kalimantan Utara, dan sepanjang tahun 2024, Indosat berencana untuk terus memperluas jangkauannya ke berbagai wilayah di Indonesia, menjadikan Palu sebagai kota kelima yang mendapatkan manfaat dari inisiatif ini.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove mengajak sivitas akademika UNTAD untuk berkolaborasi, menciptakan sinergi antara akademisi dan praktisi teknologi. Langkah ini mendukung transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (Telco) menjadi perusahaan teknologi (TechCo), sesuai dengan visi perusahaan untuk berkontribusi lebih luas dalam sektor teknologi dan lingkungan.
Swandi Tjia, EVP Head of Circle Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua (Kalisumapa) Indosat Ooredoo Hutchison, mengungkapkan bahwa bencana tsunami yang melanda Palu pada tahun 2018 menjadi pelajaran berharga mengenai pentingnya mangrove sebagai pertahanan alami terhadap bencana alam. Mangrove tidak hanya berperan sebagai pelindung ekosistem pesisir, tetapi juga sebagai benteng penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Melalui program ini, Indosat berkomitmen untuk mendukung upaya mitigasi berbasis teknologi digital dalam rangka memperkuat ketahanan lingkungan.
Lebih lanjut, Swandi menjelaskan bahwa program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini memperkenalkan solusi IoT yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap parameter kualitas air untuk budidaya perikanan, terutama di tambak yang berdekatan dengan kawasan mangrove. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tambak tanpa merusak ekosistem mangrove yang ada. Pendekatan ini dikenal dengan istilah Silvo-fishery, yakni metode terpadu yang berkelanjutan dalam budidaya perikanan yang bersanding dengan pelestarian mangrove, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pengelolaan yang lebih efisien.
Kolaborasi ini mendapat sambutan positif dari Prof. Dr. Ir. H. Amar, ST., MT., IPU, Asean Eng., dari Universitas Tadulako. Beliau optimis bahwa program ini akan memberikan dampak positif, tidak hanya dalam aspek ketahanan lingkungan, tetapi juga dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia memiliki peran strategis dalam pelestarian lingkungan global, dengan mengelola sekitar 23% dari total tanaman mangrove dunia atau setara dengan 3,5 juta hektar. Ekosistem mangrove memiliki banyak manfaat penting, seperti menjadi habitat bagi berbagai biota laut, melindungi pantai dari abrasi, serta menyerap karbon dengan efisiensi 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan hutan daratan. Oleh karena itu, inisiatif yang dilakukan oleh Indosat ini sangat penting dalam upaya melindungi dan memanfaatkan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini merupakan bagian dari inisiatif Tanam Oksigen yang telah diluncurkan oleh Indosat. Program ini bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas udara akibat peningkatan emisi karbon dioksida. Indosat telah memulai gerakan ini dengan melibatkan karyawan perusahaan untuk berpartisipasi dalam penanaman mangrove secara digital. Masyarakat umum juga dapat berpartisipasi dalam inisiatif ini dengan membeli bibit mangrove melalui platform ioh.co.id/tanamoksigen, sebagai upaya bersama dalam memberdayakan Indonesia melalui teknologi.
Swandi menutup pernyataannya dengan menekankan pentingnya kolaborasi dengan universitas setempat. Menurutnya, hal ini merupakan salah satu fokus utama Indosat dalam menciptakan pusat riset dan inovasi yang didukung oleh sumber daya manusia lokal yang berkualitas. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat peran teknologi, tetapi juga memastikan bahwa solusi yang dikembangkan didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan pemahaman mendalam mengenai lingkungan setempat. Hal ini sejalan dengan misi Indosat untuk menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.