Japan Airlines Alami Serangan Siber, Puluhan Penerbangan Tertunda
- Rita Puspita Sari
- •
- 16 jam yang lalu
Japan Airlines (JAL), salah satu maskapai terbesar di Jepang, menghadapi serangan siber yang mengakibatkan gangguan serius pada sistem komunikasi eksternal mereka. Insiden ini terjadi pada Kamis, 26 Desember 2024, dan berdampak pada penundaan beberapa penerbangan domestik maupun internasional. Tidak hanya itu, maskapai ini juga terpaksa menangguhkan sementara penjualan tiket untuk seluruh layanan mereka.
Dilansir dari Al Jazeera, maskapai ini melaporkan malfungsi sistem terjadi sesaat sebelum pukul 7.30 pagi waktu setempat. Sebagai respons awal, pihak maskapai segera mengisolasi router yang dianggap sebagai sumber gangguan. Meskipun langkah ini membantu mempercepat proses pemulihan, lebih dari selusin penerbangan tetap mengalami penundaan di berbagai bandara di Jepang. Beruntung, hingga saat ini tidak ada pembatalan penerbangan secara massal yang dilaporkan.
Maskapai Pesaing Tetap Beroperasi Normal
Menariknya, insiden ini tidak memengaruhi All Nippon Airways (ANA), pesaing utama JAL. ANA mengonfirmasi bahwa layanan mereka tetap berjalan normal tanpa hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun serangan siber menjadi ancaman besar bagi industri penerbangan, dampaknya dapat bervariasi tergantung pada kesiapan dan infrastruktur keamanan setiap maskapai.
Tren Serangan Siber pada Industri Penerbangan
Serangan terhadap JAL ini terjadi hanya beberapa hari setelah gangguan teknis besar melanda American Airlines pada Malam Natal, yang memaksa maskapai tersebut menghentikan seluruh operasionalnya untuk sementara waktu. Insiden berturut-turut ini menggarisbawahi kerentanan sistem teknologi informasi di industri penerbangan, terutama dalam menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.
Industri penerbangan merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap serangan siber karena kompleksitas dan ketergantungan tinggi pada teknologi. Sistem komunikasi, manajemen penerbangan, dan layanan pelanggan semuanya terhubung secara digital, menjadikannya target menarik bagi peretas. Dalam kasus JAL, meskipun detail mengenai penyebab serangan belum diungkapkan, dampaknya menunjukkan bahwa pelaku mampu mengganggu operasional penting maskapai hanya dengan menyerang sistem komunikasi eksternal.
Dampak pada Reputasi dan Kepercayaan Pelanggan
Selain dampak operasional, serangan siber seperti yang dialami JAL juga berpotensi merusak reputasi maskapai di mata publik. Kepercayaan pelanggan merupakan aset penting dalam industri penerbangan, dan insiden semacam ini dapat mengikis keyakinan penumpang terhadap kemampuan maskapai untuk menjaga keselamatan dan privasi mereka. Oleh karena itu, transparansi dalam menyampaikan informasi terkait insiden dan langkah pemulihan menjadi sangat penting.
Hingga saat ini, pihak Japan Airlines (JAL) belum memberikan informasi lebih rinci terkait penyebab pasti dari serangan siber yang terjadi. Selain itu, maskapai tersebut juga belum mengumumkan langkah-langkah konkret apa yang akan diambil untuk meningkatkan keamanan sistem mereka guna mencegah insiden serupa terulang di masa mendatang.
Semoga insiden ini menjadi pelajaran berharga tidak hanya bagi JAL, tetapi juga bagi seluruh industri penerbangan agar lebih waspada dan siap menghadapi ancaman serupa di masa depan.