Keamanan Siber: Ancaman Tak Terlihat yang Terlupakan
- Rita Puspita Sari
- •
- 26 Feb 2024 14.15 WIB
Keamanan siber, meskipun menjadi isu krusial, seringkali terabaikan dalam pembahasan pemimpin negara. Dalam era dimana teknologi menguasai hampir setiap aspek kehidupan, isu keamanan informasi, khususnya keamanan siber, memiliki peran yang tak terbantahkan dalam menjaga kedaulatan suatu negara dari ancaman yang tak terlihat.
Ruang Siber: Antara Keamanan dan Ancaman
Pentingnya keamanan, yang diartikan sebagai kondisi tanpa ancaman signifikan, tidak hanya terbatas pada ancaman fisik seperti serangan militer, tetapi juga melibatkan tantangan dunia maya. Keamanan siber merujuk pada upaya menjaga "sistem, jaringan, dan program dari serangan digital." Ancaman digital melibatkan pelaku kriminal yang memanfaatkan kelemahan sistem untuk mencuri, mengubah, dan menyalahgunakan informasi vital.
Berbagai bentuk ancaman seperti pemerasan, pencurian data bisnis, hingga disinformasi untuk tujuan politik seringkali terjadi di berbagai negara. Ancaman ini dapat menyerang tanpa batasan, melibatkan individu, lembaga sosial, hingga kementerian pertahanan. Dampaknya tidak hanya mencakup kerugian materi, tetapi juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius, seperti depresi atau bahkan bunuh diri.
Tantangan Keamanan Siber di Indonesia
Indonesia, dengan populasi yang besar dan pasar yang dinamis, telah menjadi target empuk bagi para pelaku kejahatan siber. Menurut data yang dirilis oleh Badan Siber dan Sandi Negara, sebanyak 700 juta serangan siber tercatat terjadi di Indonesia selama tahun 2022. Angka ini menunjukkan tingkat serangan yang mengkhawatirkan terhadap infrastruktur digital negara.
Modus operandi yang umum dalam serangan ini melibatkan penggunaan ransomware dan malware sebagai alat untuk melakukan pemerasan dan tebusan terhadap korban. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa hanya pada bulan Januari 2022, terdapat 272.962.734 kasus serangan siber yang terjadi di Indonesia, berdasarkan informasi yang dikutip dari kompas.id.
Selain itu, data lain yang terdokumentasi antara Januari hingga September 2021 mencatat beragam jenis kejahatan siber, termasuk penipuan, pengancaman, pencemaran, dan pemerasan. Kasus-kasus serius seperti kebocoran data BPJS tahun 2021, pembobolan data peserta asuransi BRI Life, dan serangan terhadap jaringan pemerintah pada September 2021 menjadi bukti nyata akan kelemahan keamanan siber yang masih meresahkan.
Indeks Keamanan Siber dari National Cyber Security Index (NCSI) menempatkan Indonesia di peringkat 83 dari 160 negara. Skor indeks keamanan siber sebesar 38,96 dengan tingkat pengembangan digital mencapai 46,84. Ketidakamanan ini disebabkan oleh rentannya sistem jaringan, kurang memadainya tata kelola keamanan internet, dan minimnya literasi pengguna internet di Indonesia.
Para ahli keamanan siber menekankan bahwa tantangan keamanan siber ini tidak bisa dianggap enteng. Upaya perlindungan terhadap data dan infrastruktur digital menjadi hal yang mendesak untuk ditingkatkan demi menjaga kedaulatan dan kestabilan negara.
Literasi Digital sebagai Benteng Pertahanan Terhadap Kejahatan Siber
Selain memperkuat infrastruktur keamanan, literasi digital menjadi kunci untuk menghadapi ancaman kejahatan siber. Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga kemampuan dalam pembelajaran, bersosialisasi, berpikir kritis, dan kreatif seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
UNESCO mendefinisikan literasi digital sebagai keterampilan hidup yang mencakup "Kemampuan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, serta kapasitas dalam pembelajaran, bersosialisasi, berpikir kritis, dan kreatif" (Budianto, 2022). Keempat kompetensi literasi digital, yaitu kecakapan bermedia digital, budaya bermedia digital, etika bermedia digital, dan keamanan bermedia digital, menjadi pondasi penting.
Rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan internet sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber. Staf di lembaga publik, terutama yang menangani data sensitif, perlu diberdayakan dengan literasi digital yang memadai. Keteledoran dalam penggunaan internet oleh aparatur negara dapat membahayakan keamanan nasional.
Meningkatkan Pertahanan Digital Indonesia
Kejahatan siber semakin canggih seiring dengan perkembangan internet. Untuk melawan ancaman ini, kombinasi antara keamanan infrastruktur, literasi digital yang memadai, dan sikap kritis dalam bermedia digital diperlukan.
Melalui peningkatan literasi digital, intensifikasi keamanan siber, dan pengembangan sikap kritis dalam bermedia digital, Indonesia dapat membangun pertahanan yang kokoh dan adaptif terhadap tantangan keamanan siber yang semakin kompleks di era digital ini.
Dengan menyadari pentingnya keamanan siber, pemerintah dan masyarakat Indonesia dapat bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan digital yang aman dan tangguh, menjaga kedaulatan negara dari ancaman yang mungkin tidak terlihat namun memiliki dampak yang luar biasa.