Kunci Dekripsi Serangan Ransomware PDNS 2 Belum Berhasil Dibuka


Ilustrasi Cyber Security 9

Ilustrasi Cyber Security

Dalam perkembangan terbaru terkait serangan ransomware yang menargetkan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2, kunci dekripsi yang dibagikan oleh kelompok hacker Brain Cipher masih belum berhasil digunakan untuk membuka data yang terenkripsi. Seperti yang disampaikan oleh Dirjen Aptika Semuel Abrijani Pangerapan saat mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (04/07/2024), kunci dekripsi tersebut sudah diperoleh namun upaya untuk membuka data PDNS 2 belum berhasil. Saat ini, pemerintah masih terus berupaya untuk membuka data yang terkunci tersebut.

Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengonfirmasi bahwa situasi tersebut belum banyak berubah. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, kunci dekripsi yang diberikan oleh Brain Cipher masih belum bisa digunakan untuk membuka data yang terkunci di PDNS 2. 

"Belum (bisa buka data di PDNS 2). Kuncinya belum bisa dipakai buka. Katanya sedang on process terus," ujar Pratama, Senin (8/7/2024) dikutip dari detikINET.

Pratama menjelaskan bahwa sejauh ini, pihak yang berwenang hanya berhasil mendownload kunci dekripsi, namun belum mampu menggunakannya untuk membuka data yang tersandera. 

"Iya, diberikan link untuk mengunduh decryptor-nya. Tapi, sampai sekarang belum bisa digunakan," jelas Pratama yang juga menjabat sebagai Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC.

Namun hingga berita ini ditayangkan, belum ada tanggapan dari pihak BSSN mengenai perkembangan tersebut.

Dengan masih terkuncinya data di PDNS 2, Pratama menyarankan agar pemerintah terus berupaya memperbaiki layanan publik yang terdampak akibat serangan ransomware ini. Ia menekankan pentingnya untuk mendatangi semua tenant yang terkena dampak dan menanyakan apakah mereka memiliki backup data di kantor masing-masing. Langkah ini penting untuk membantu mereka mengaktifkan kembali layanan publik yang terganggu. 

"Mendatangi semua tenant, tanya apakah punya backup data di kantor masing-masing. Terus bantu untuk me-live-kan lagi. Sambil segera memperbaiki sistem yang ada, perkuat keamanannya," ucap Pratama.

Harapannya, meskipun dengan data yang terbatas, langkah-langkah tersebut dapat membantu agar layanan publik dapat kembali online secepatnya.

"Imigrasi saat ini bisa online lagi, bukan karena data PDNS sudah bisa di-recovery, tapi karena mereka punya backup data di servernya sendiri walaupun tidak lengkap, mereka melakukannya sendiri," tutup Pratama.

Serangan ransomware terhadap PDNS 2 ini telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap layanan publik yang diandalkan oleh banyak masyarakat. Kejadian ini menyoroti pentingnya memiliki sistem keamanan yang kuat dan cadangan data yang andal untuk meminimalkan dampak dari serangan siber. Pemerintah dan lembaga terkait diharapkan dapat bekerja sama lebih erat untuk mempercepat proses pemulihan data dan memastikan bahwa layanan publik dapat kembali beroperasi normal tanpa hambatan yang berarti.

Pakar keamanan siber juga menyarankan agar dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan yang ada dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat untuk menghindari insiden serupa di masa depan. Selain itu, edukasi dan pelatihan kepada staf mengenai pentingnya keamanan siber dan cara menghadapinya juga dianggap krusial dalam memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber.

Dengan terus berupaya membuka kunci dekripsi dan memperbaiki sistem keamanan, diharapkan bahwa data di PDNS 2 dapat segera diakses kembali dan layanan publik dapat beroperasi secara optimal. Upaya kolaboratif antara pemerintah, pihak keamanan siber, dan tenant diharapkan dapat mengatasi tantangan ini dan memperkuat ketahanan siber nasional di masa mendatang.


Bagikan artikel ini

Video Terkait