4 Mantan Anggota REvil Dipenjara atas Kejahatan Siber
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 28 Okt 2024 00.26 WIB
Empat mantan anggota kelompok ransomware REvil baru saja dijatuhi hukuman penjara oleh pengadilan di Rusia. Kasus ini cukup menarik perhatian karena jarang sekali hacker asal Rusia dihukum atas kejahatan siber yang mereka lakukan. Biasanya, tindakan hacking dan pencucian uang lintas negara lebih sering ditangani oleh negara-negara Barat. Namun, kali ini, Rusia menunjukkan tindakan tegas terhadap warganya yang terlibat kejahatan siber, yang menjadi langkah penting dalam menanggapi kejahatan digital.
Menurut laporan media Rusia, Kommersant, keempat terdakwa ini adalah Artem Zaets, Alexei Malozemov, Daniil Puzyrevsky, dan Ruslan Khansvyarov. Mereka terbukti bersalah atas penyalahgunaan alat pembayaran elektronik dan aktivitas hacking. Dalam vonis yang dijatuhkan, Zaets dan Malozemov dijatuhi hukuman masing-masing 4,5 dan 5 tahun penjara, sedangkan Khansvyarov dan Puzyrevsky menerima hukuman lebih lama, yakni 5,5 dan 6 tahun.
Cerita penangkapan mereka cukup menarik. Sebelumnya, keempat pelaku ini merupakan bagian dari kelompok yang lebih besar berjumlah 14 orang. Pada Januari 2022, beberapa di antaranya sudah ditahan oleh otoritas Rusia sebagai bagian dari upaya penegakan hukum terhadap kejahatan siber di negara tersebut. Delapan orang lainnya dari kelompok ini sudah dituntut lebih dulu, sementara sisanya, yaitu Andrei Bessonov, Mikhail Golovachuk, Roman Muromsky, dan Dmitry Korotaev, kini juga menghadapi dakwaan baru atas akses ilegal ke informasi komputer. Jadi, kemungkinan proses hukum ini masih akan berlanjut, dan mungkin akan ada lebih banyak vonis di kemudian hari.
Kelompok REvil, yang pernah sangat aktif, memang dikenal sebagai salah satu sindikat ransomware paling produktif dan ditakuti. Mereka sering menargetkan perusahaan besar, menuntut uang tebusan dalam jumlah besar, dan dikenal licin dalam menghindari pelacakan. Mereka bahkan menjadi sorotan dunia ketika terlibat dalam serangkaian serangan besar yang melumpuhkan beberapa sistem penting. Namun, aktivitas mereka mulai meredup setelah FSB, lembaga keamanan Rusia, melakukan operasi besar-besaran yang berujung pada penangkapan beberapa anggota REvil. Operasi ini bisa dibilang bersejarah, karena biasanya Rusia tidak terlalu keras terhadap hacker lokal yang menyerang target internasional.
Dalam berita terkait, seorang pelaku lain yang masih berkaitan dengan REvil, Yaroslav Vasinskyi, dihukum di Amerika Serikat. Vasinskyi, seorang warga Ukraina, dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan diwajibkan membayar ganti rugi sebesar $16 juta. Pria muda berusia 24 tahun ini diketahui terlibat dalam lebih dari 2.500 serangan ransomware REvil, dengan tuntutan tebusan yang totalnya mencapai lebih dari $700 juta. Tindakan Vasinskyi ini menunjukkan seberapa besar skala serangan ransomware yang bisa dilakukan oleh kelompok REvil, yang memang lihai dalam menjalankan serangan digital.
Vonis terhadap anggota REvil ini juga bertepatan dengan langkah Rusia yang membuka penyelidikan baru terhadap dua layanan, yakni Cryptex dan UAPS. Keduanya disinyalir sebagai layanan pencucian uang yang membantu pelaku kejahatan siber mencuci hasil keuntungan ilegal mereka. Amerika Serikat sudah menjatuhkan sanksi terhadap kedua entitas ini, karena dianggap menyediakan ‘jalur bersih’ bagi uang hasil kejahatan siber. Penyidikan ini dianggap sebagai sinyal bahwa Rusia mulai serius menanggapi kritik yang selama ini menyebut negara tersebut sebagai ‘surga aman’ bagi para hacker.
Langkah Rusia ini jadi sorotan dunia, terutama karena hubungan Rusia dan Amerika Serikat terkait isu kejahatan siber sering kali rumit. Di satu sisi, Rusia telah lama dikritik karena dianggap melindungi hacker lokal yang menyerang target di luar negeri. Namun, tindakan pengadilan ini menandai adanya perubahan pendekatan, meskipun beberapa orang tetap skeptis apakah ini benar-benar akan menjadi langkah permanen atau hanya respons sesaat.
Bagaimanapun, vonis terhadap mantan anggota REvil ini menjadi langkah penting dalam dunia penegakan hukum siber. Dengan adanya hukuman ini, harapannya adalah bahwa negara-negara lain akan bekerja sama lebih erat untuk menangani kejahatan siber yang sifatnya lintas negara. Kejahatan siber memang telah menjadi ancaman global yang tidak mengenal batas wilayah, dan tindakan Rusia ini bisa jadi awal dari kolaborasi global yang lebih baik dalam memerangi ancaman digital yang terus berkembang.