Meta Hapus 63.000 Akun Instagram Terkait Penipuan dari Nigeria
- Pabila Syaftahan
- •
- 27 Jul 2024 08.10 WIB
Meta Platforms mengumumkan pada hari Rabu (24/07/2024), bahwa mereka telah menghapus sekitar 63.000 akun Instagram di Nigeria yang terlibat dalam penipuan seksual dengan motif keuangan. Langkah ini diambil setelah penyelidikan yang mengungkap adanya jaringan besar yang menargetkan individu-individu tertentu untuk memeras mereka secara finansial.
Dalam pernyataannya, Meta menjelaskan bahwa mereka menemukan jaringan terkoordinasi yang lebih kecil, terdiri dari sekitar 2.500 akun, yang dapat dihubungkan ke sekitar 20 individu. "Mereka terutama menargetkan pria dewasa di Amerika Serikat dengan menggunakan akun palsu untuk menyamarkan identitas mereka," kata perusahaan tersebut.
Penipuan ini tidak hanya menyasar orang dewasa, tetapi beberapa akun juga berusaha menargetkan anak-anak di bawah umur. Untuk kasus seperti itu, Meta melaporkan temuan mereka ke Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC).
Selain akun Instagram, Meta juga menghapus 7.200 aset lainnya di Nigeria yang terdiri dari 1.300 akun Facebook, 200 Halaman Facebook, dan 5.700 Grup Facebook. Aset-aset ini digunakan oleh para penipu untuk mengorganisir, merekrut, dan melatih penipu baru. "Mereka menawarkan skrip dan panduan untuk digunakan dalam menipu orang, serta berbagi tautan ke koleksi foto yang digunakan untuk mengisi akun palsu," jelas Meta.
Kelompok penipu ini, yang dikenal sebagai Yahoo Boys, menjadi perhatian khusus tahun ini karena aktivitas mereka yang terorganisir dalam serangan pemerasan seksual keuangan yang menargetkan remaja dari Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Yahoo Boys adalah kelompok kejahatan siber yang terkenal di Nigeria dan memiliki sejarah panjang dalam berbagai jenis penipuan online.
Sebuah laporan dari Bloomberg baru-baru ini mengungkap dampak mengerikan dari penipuan seksual ini, termasuk kasus bunuh diri yang dipicu oleh pemerasan tersebut. Para penipu ini berpura-pura menjadi gadis remaja di platform seperti Instagram dan Snapchat untuk memikat korban, membujuk mereka mengirimkan foto-foto eksplisit, yang kemudian digunakan untuk memeras uang dari korban dengan ancaman akan menyebarkan foto-foto tersebut ke teman-teman mereka.
Meta, dalam upaya untuk mengatasi masalah ini, telah mengembangkan metode baru untuk mengidentifikasi akun yang mungkin terlibat dalam pemerasan seksual. Pada bulan April, perusahaan tersebut mengumumkan langkah-langkah baru untuk mencegah akun-akun ini menemukan dan berinteraksi dengan remaja. "Pemerasan seksual keuangan adalah kejahatan mengerikan yang dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan," kata Meta. "Ini adalah area pertarungan di mana para penjahat terus berkembang untuk menghindari pertahanan kami yang terus meningkat."
Langkah Meta ini juga sejalan dengan upaya penegakan hukum internasional. INTERPOL baru-baru ini melakukan operasi global yang disebut Jackal III, yang menargetkan kelompok kejahatan terorganisir dari Afrika Barat seperti Black Axe. Operasi ini berhasil menangkap banyak pelaku dan menyita aset ilegal senilai $3 juta, termasuk mata uang kripto dan barang mewah.
Operasi yang berlangsung dari 10 April hingga 3 Juli 2024 ini melibatkan 21 negara dan bertujuan untuk membongkar sindikat kejahatan terorganisir transnasional yang terlibat dalam berbagai kejahatan, termasuk penipuan siber, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba, dan kejahatan kekerasan, baik di Afrika maupun secara global. "Operasi tahunan ini menghasilkan sekitar 300 penangkapan, identifikasi lebih dari 400 tersangka tambahan, dan pemblokiran lebih dari 720 rekening bank," kata INTERPOL dalam pernyataan pers mereka.
Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk menangani dan memerangi kejahatan siber yang semakin kompleks dan berbahaya. Upaya bersama antara perusahaan teknologi seperti Meta dan lembaga penegak hukum internasional diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari kejahatan ini dan memberikan rasa aman bagi pengguna internet di seluruh dunia.