Midjourney Siap Rilis Alat AI Baru untuk Edit Gambar Online


Ilustrasi Artificial Intelligence 2

Ilustrasi Artificial Intelligence

Midjourney, platform AI generatif yang semakin populer, mengumumkan akan meluncurkan alat web baru yang memungkinkan pengguna mengedit gambar yang diunggah dari internet menggunakan kecerdasan buatan (AI). Menurut CEO Midjourney, David Holtz, alat ini dijadwalkan rilis pada minggu depan. Fitur utama dari pembaruan ini adalah kemampuan untuk mengubah tekstur, warna, dan detail objek dalam gambar hanya melalui deskripsi teks, sehingga mempermudah proses pengeditan tanpa perlu keterampilan khusus.

Pembaruan ini muncul di tengah meningkatnya perbincangan tentang pengeditan gambar dengan AI. Platform besar seperti Meta dan Google menghadapi tantangan dalam memberikan tanda yang jelas pada gambar yang diedit oleh AI dibandingkan yang dibuat sepenuhnya oleh AI. Pada 2023, Midjourney berkomitmen untuk menggunakan standar IPTC, yang menambahkan metadata ke dalam gambar untuk menunjukkan bahwa gambar tersebut dihasilkan oleh AI. Namun, perusahaan ini belum mengadopsi C2PA, teknologi yang lebih rinci dalam melacak asal-usul gambar, termasuk perangkat lunak yang digunakan.

Untuk sementara, Midjourney akan membatasi akses alat ini hanya pada sebagian kecil komunitasnya, sambil menerapkan moderasi ketat dari manusia dan AI untuk mencegah penyalahgunaan. Holtz mengakui bahwa perusahaan masih mencari cara terbaik untuk membatasi penggunaan alat ini secara bertanggung jawab. Mereka juga meminta umpan balik komunitas melalui jajak pendapat yang akan menentukan siapa yang pertama kali mendapatkan akses.

Meski inovasi ini menjanjikan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang menyertainya. Salah satunya adalah bagaimana memberi tanda pada gambar yang telah dimodifikasi dengan AI, agar orang bisa membedakan gambar hasil editan AI dari gambar asli. Saat ini, perusahaan teknologi besar seperti Meta dan Google juga sedang menghadapi masalah yang sama, yaitu bagaimana memastikan transparansi dalam penggunaan AI untuk mengedit gambar.

Midjourney sendiri telah mengambil langkah untuk meningkatkan transparansi. Pada tahun 2023, perusahaan berkomitmen untuk menggunakan standar dari IPTC (International Press Telecommunications Council), yang menyematkan metadata ke dalam gambar untuk menunjukkan bahwa gambar tersebut dibuat atau dimodifikasi dengan AI. Namun, Midjourney belum mengadopsi teknologi C2PA (Coalition for Content Provenance and Authenticity), yang lebih detail dalam melacak asal-usul gambar, termasuk perangkat dan perangkat lunak yang digunakan dalam proses pembuatan atau modifikasinya.

Salah satu kekhawatiran terbesar terkait dengan pengeditan gambar berbasis AI adalah penyalahgunaan teknologi untuk membuat deepfake, yakni gambar atau video palsu yang terlihat sangat realistis. Deepfake sering kali digunakan untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan atau bahkan untuk tujuan merusak reputasi seseorang. Misalnya, baru-baru ini muncul gambar deepfake yang menggambarkan kehancuran pasca-Badai Helene, yang cepat menyebar di media sosial dan membuat banyak orang bingung membedakan mana informasi yang benar dan mana yang palsu.

Menurut data dari Clarity, sebuah perusahaan yang fokus pada deteksi deepfake, jumlah konten deepfake yang dibuat dan dipublikasikan pada tahun 2023 meningkat hingga 900% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan yang begitu besar ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pemerintah, terutama mengingat dampak negatifnya terhadap kepercayaan publik dan integritas informasi di dunia digital.

Di Amerika Serikat, meski belum ada undang-undang federal yang secara khusus mengatur atau mengkriminalisasi deepfake, lebih dari 10 negara bagian telah memberlakukan hukum yang melarang penggunaan AI untuk peniruan identitas. Salah satu contohnya adalah California, yang sedang mempertimbangkan undang-undang yang memungkinkan hakim untuk memerintahkan penghapusan konten deepfake serta menjatuhkan sanksi finansial kepada pelakunya.

Midjourney sendiri juga mendapat kritik, terutama terkait tuduhan penggunaan materi berhak cipta untuk melatih model AI mereka. Namun, perusahaan telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi penyalahgunaan teknologinya, termasuk menerapkan filter untuk mencegah penggunaan AI dalam menciptakan gambar tokoh politik menjelang pemilihan presiden AS.

Dengan peluncuran alat pengeditan gambar baru ini, Midjourney tampaknya berusaha menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab. Perusahaan terus berupaya menghadirkan fitur canggih yang tetap mematuhi prinsip-prinsip etis, sekaligus merespons kekhawatiran publik tentang penyalahgunaan AI dalam pengeditan gambar.


Bagikan artikel ini

Video Terkait