Ancaman Siber 2025: Pemerintah Didesak Percepat Regulasi


Cyber Protection 5

Ilustrasi Cyber Protection

Tahun 2025 diprediksi menjadi tahun yang penuh tantangan bagi dunia siber. Dengan semakin masif dan canggihnya perkembangan teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI), serangan siber diprediksi akan meningkat dalam skala besar. Alex Budiyanto, Founder Indonesia Cyber Security Hub, dalam wawancara di acara Tech A Look CNBC Indonesia, mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi ancaman serius akibat lemahnya regulasi dan minimnya kesadaran keamanan siber di berbagai lini.

Menurut Alex, pemerintah harus segera mempercepat langkah untuk menyelesaikan berbagai pr di sektor keamanan siber, mulai dari pengesahan regulasi hingga peningkatan literasi siber di kalangan top manajemen. Jika dibiarkan, Indonesia berpotensi menjadi sasaran empuk bagi serangan siber yang semakin canggih, seperti phishing berbasis AI.

Regulasi Keamanan Siber: PR yang Mendesak

Alex menyoroti bahwa saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa regulasi terkait, seperti Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP). Namun, upaya lebih lanjut seperti Rancangan Undang-Undang Keamanan Siber (RUU Keamanan Siber) masih terhambat di DPR dan belum menunjukkan perkembangan berarti.

"RUU Keamanan Siber sudah dibahas sejak periode sebelumnya, tetapi hingga kini belum ada kejelasan. Regulasi ini sangat penting karena menjadi fondasi untuk seluruh kebijakan keamanan siber di Indonesia.” ungkap Alex.

Kesadaran Siber: Dimulai dari Top Management

Selain regulasi, Alex menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran keamanan siber di level top manajemen. Ia menyebut bahwa salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pemahaman top management terhadap risiko siber, sehingga investasi keamanan sering kali dianggap tidak mendesak.

“Banyak manajer IT yang memahami pentingnya keamanan siber, tetapi proposal mereka sering ditolak karena kurangnya kesadaran di tingkat manajemen. Inilah yang harus diperbaiki. Kesadaran di level top management sangat krusial agar investasi keamanan bisa dilakukan secara serius,” jelasnya.

Dengan membuka wawasan para pemimpin organisasi tentang dampak serangan siber, seperti kerugian finansial, hilangnya reputasi, dan kebocoran data.

Alex juga menyoroti pentingnya penguatan sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan teknologi untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks. Pelatihan teknis bagi tim IT, pemilihan teknologi keamanan yang tepat, serta penerapan simulasi serangan menjadi langkah penting yang harus dilakukan oleh setiap organisasi.

Namun, tantangan terbesar justru sering kali datang dari internal tim. “Titik lemah keamanan siber biasanya berasal dari karyawan internal. Misalnya, serangan phishing yang saat ini sangat masif menggunakan AI sering kali berhasil karena karyawan tidak sadar bahwa mereka sedang menjadi target,” ungkap Alex.

Oleh karena itu, pelatihan cyber security awareness harus diberikan kepada seluruh karyawan, bukan hanya tim IT. Dengan pemahaman yang baik, individu di dalam organisasi dapat menjadi lini pertahanan pertama yang efektif dalam menghadapi serangan siber.

Serangan Phishing Berbasis AI: Ancaman Baru

Salah satu bentuk ancaman yang paling banyak ditemui saat ini adalah phishing. Serangan ini menjadi semakin berbahaya dengan hadirnya teknologi AI, yang memungkinkan penyerang membuat pesan yang sangat meyakinkan dan sulit dikenali sebagai ancaman.

“Phishing berbasis AI telah menjadi ancaman yang sangat serius. Penyerang dapat menciptakan email atau pesan yang tampak sangat otentik, sehingga banyak orang terjebak tanpa menyadarinya. Ini membuktikan betapa pentingnya literasi keamanan di semua level,” kata Alex.

Kolaborasi: Kunci Keamanan Siber Nasional

Untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks, Alex menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Regulasi saja tidak cukup tanpa adanya sinergi yang baik di semua pihak terkait.

Keamanan siber bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau organisasi tertentu. Seluruh lapisan masyarakat harus berpartisipasi, terutama dengan meningkatkan literasi digital mereka. Dengan memahami risiko dan cara menghindarinya, kita dapat mengurangi dampak dari serangan siber

Ancaman siber yang semakin masif di tahun 2025 menjadi peringatan keras bagi Indonesia untuk segera bergerak. Regulasi yang kuat, literasi keamanan siber, dan penguatan SDM harus menjadi prioritas utama. Tanpa langkah konkret, Indonesia akan terus menjadi sasaran empuk bagi serangan yang dapat merugikan negara, organisasi, bahkan individu.

Seperti yang diungkapkan Alex Budiyanto, kolaborasi adalah kunci utama untuk membangun pertahanan siber yang kokoh. Dengan regulasi yang tepat, kesadaran yang tinggi, dan teknologi yang mumpuni, Indonesia dapat menghadapi masa depan digital dengan lebih aman dan percaya diri

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait