Smart Building Berbasis IoT untuk Kepatuhan Gedung Sehat
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 27 Apr 2021 10.49 WIB
Indonesia telah masuk sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah pembangunan gedung terbesar, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Namun masih banyak dari gedung yang dibangun belum memenuhi standar kelayakan bangunan, termasuk aspek kesehatan ketika protokol kesehatan saat ini gencar diterapkan karena COVID-19.
Kesehatan menjadi urgensi di berbagai bidang ketika COVID-19 saat ini masih merebak. Urgensi mengenai standar kelayakan gedung sehat ini kemudian semakin didorong di antara para pemilik dan pengembang gedung.
Mardi Utomo, Ketua Umum Building Engineers Association (BEA) menyampaikan, standar kesehatan pada gedung dapat dicapai jika didukung oleh teknologi yang memadai. Hal ini pun semakin memperkuat fakta bahwa penerapan industri 4.0 menjadi sebuah kebutuhan dalam berbagai sektor, termasuk bangunan untuk dapat memenuhi standar kelayakan.
Selain itu, industri 4.0 dalam hal operasional sendiri memungkinkan adanya integrasi, analisis, serta evaluasi data guna melakukan pengawasan dan melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta mencegah adanya gangguan bisnis.
“Operasional gedung yang efektif membutuhkan lebih banyak teknologi berbasis Internet of Things (IoT), terutama teknologi canggih dalam otomatisasi, digitalisasi, dan konektivitas data. Teknologi IoT yang telah digunakan oleh para operator gedung berupa Building Information Modeling (BIM) yang mencakup semua tahap pengembangan gedung mulai dari desain, konstruksi, commissioning, operasional dan pemeliharaan hingga renovasi,” kata Mardi dalam siaran pers, Kamis (22/4/2021).
Mardi menambahkan, meskipun industri gedung di Indonesia sudah menyadari pentingnya peran teknologi untuk mendukung operasional, implementasi industri 4.0 yang dilakukan masih terhitung lambat. Hal ini dikarenakan beberapa tantangan, seperti kurangnya kapabilitas sumber daya manusia (SDM), kurangnya teknologi pembangunan, hingga biaya investasi yang tinggi.
“Biaya investasi awal yang tinggi mungkin menjadi faktor pertimbangan bagi para pemilik gedung, namun hal ini dapat menghemat biaya operasional jangka panjang. Smart building dan penerapan teknologi menjadi beberapa cara bagi pemilik dan pengembang gedung untuk memenuhi kepatuhan-kepatuhan yang ada dan mencapai efisiensi,” jelas Mardi.
Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2010 sendiri telah menyebutkan, pemilik dan pengembang gedung diwajibkan untuk memenuhi standar kelayakan bangunan dan memperoleh Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
Mardi menjelaskan bahwa SLF dapat membuktikan bahwa sebuah bangunan telah memenuhi persyaratan kelayakan secara administratif dan teknis, dengan menilai kesehatan, keamanan, kenyamanan, serta kemudahan. Oleh karena itu, penting bagi pemilik dan pengembang gedung untuk menanggapi hal ini dengan serius dan patuh.
“Sirkulasi udara saat ini merupakan salah satu kriteria terpenting untuk membantu mencegah penyebaran COVID-19. Bangunan perlu memiliki ventilasi alami maupun mekanik yang memastikan sirkulasi dan kelembaban udara yang baik,” tutur Mardi.
Mardi menyebutkan, beberapa rekomendasi untuk menjaga kualitas kesehatan dalam ruangan dapat dilakukan dengan perencanaan tata ruang yang tepat, ruang terbuka, manajemen arus gerak orang, hingga pemeliharaan sistem secara berkala.
Menurut Mardi, para pengembang gedung di Indonesia perlu melakukan eksplorasi lebih jauh mengenai berbagai teknologi baru yang tersedia di pasar internasional. Pasalnya, negara lain telah semakin maju dengan teknologi smart building mereka, termasuk dalam menerapkan sistem manajemen gedung yang berbasis IoT.
Mardi kemudian mencontohkan Selandia Baru, sebagai negara yang berhasil menghadapi pandemi COVID-19 dengan teknologi bangunan yang sehat dan aman didukung teknologi-teknologi canggih yang terus dikembangkan.
“Teknologi tersebut tidak hanya mengontrol peralatan, tetapi juga mengatur arus gerak manusia secara ketat. Mereka menggunakan sistem integrasi berbasis cloud yang digunakan bersamaan dengan teknologi utilitas otomatis, memungkinkan kegiatan operasional dapat diakses kapan saja dan membayar biaya sesuai pemakaian; mendukung efisiensi total,” pungkas Mardi.