Internet Satelit LEO: Solusi Akses Daerah 3T di Indonesia


Jaringan Internet

Ilustrasi Jaringan Internet

Layanan internet berbasis satelit, seperti Starlink, kini diminta untuk hadir di daerah-daerah yang termasuk dalam kategori Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu temuan dalam kajian yang dirilis oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Kajian tersebut menekankan pentingnya layanan internet berbasis satelit, khususnya yang menggunakan teknologi Low Earth Orbit (LEO), untuk difokuskan di wilayah-wilayah 3T.

Layanan internet ini diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat di daerah-daerah tersebut yang selama ini mungkin kesulitan mendapatkan akses internet yang memadai. Dalam implementasinya, KPPU menyarankan agar penyedia layanan satelit bekerja sama dengan penyedia jasa telekomunikasi lokal serta pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memastikan keberlanjutan dan manfaat dari layanan ini bagi masyarakat setempat.

Menurut kajian yang dirilis, KPPU merekomendasikan agar pemerintah Indonesia, khususnya Presiden, memprioritaskan penyediaan layanan internet berbasis satelit LEO di wilayah 3T. KPPU juga menyarankan agar kemitraan dengan penyedia layanan telekomunikasi dan pelaku UMKM diutamakan dalam penyediaan layanan internet di daerah-daerah ini. Hal ini bertujuan untuk mempertimbangkan kepentingan nasional dalam memastikan distribusi layanan internet yang merata dan efektif di seluruh pelosok Indonesia, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh teknologi komunikasi tradisional.

Kajian ini juga telah disampaikan kepada Presiden RI, serta tembusan kepada beberapa pihak terkait, seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Pimpinan DPR RI, termasuk Pimpinan Komisi VI DPR RI. Melalui kajian ini, KPPU berupaya memastikan bahwa kebijakan terkait penyediaan layanan internet berbasis satelit dapat dijalankan dengan memperhatikan aspek persaingan yang sehat dan keberlanjutan industri.

KPPU juga menekankan bahwa layanan internet berbasis seluler, fiber optik, dan satelit memiliki kategori yang berbeda, dengan setiap jenis teknologi memiliki kebutuhan dan pasar spesifik yang berbeda pula. Dalam hal ini, layanan internet berbasis satelit LEO memiliki keunggulan tersendiri. Teknologi satelit LEO memiliki kemampuan untuk menyediakan layanan internet di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh layanan lain, seperti jaringan fiber optik atau seluler. Dengan kemampuannya yang luas dan dapat menjangkau wilayah yang sulit dijangkau oleh teknologi lainnya, layanan LEO menjadi solusi potensial untuk mengatasi kesenjangan digital di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil.

Namun, KPPU juga memperingatkan mengenai potensi dampak negatif dari perkembangan teknologi satelit LEO, terutama terkait dengan teknologi Direct-to-Cell, yang memungkinkan pengguna ponsel untuk langsung terhubung dengan satelit tanpa melalui penyedia layanan telekomunikasi lokal. Teknologi ini dapat memberikan keunggulan kompetitif yang besar bagi penyedia layanan satelit LEO, yang pada gilirannya bisa membuat mereka menjadi pemain dominan di pasar dan merugikan penyedia jasa internet nasional yang tidak memiliki akses ke teknologi satelit LEO.

Layanan Direct-to-Cell berpotensi menimbulkan ketidakadilan dalam persaingan antar penyedia layanan internet, khususnya yang tidak memiliki teknologi satelit LEO. Hal ini dapat menciptakan persaingan yang tidak sehat dan berisiko merugikan pelaku usaha lokal. Oleh karena itu, KPPU menekankan pentingnya pengawasan yang konsisten terhadap perkembangan pasar ini, untuk memastikan bahwa persaingan tetap adil dan tidak terdistorsi oleh dominasi satu pemain besar.

Starlink, yang merupakan penyedia layanan internet LEO milik SpaceX, sudah memulai operasinya di Indonesia sejak awal tahun ini. Peluncuran pertama Starlink di Bali juga disaksikan langsung oleh CEO SpaceX, Elon Musk. Starlink telah mulai menyediakan layanan internet berbasis satelit dengan kemampuan untuk mengirimkan teks, yang direncanakan akan berkembang ke layanan suara, data, dan Internet of Things (IoT) pada tahun depan. Meskipun teknologi ini menjanjikan solusi untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau, penting untuk memantau dampaknya terhadap persaingan pasar dan memastikan bahwa kehadiran layanan ini memberikan manfaat yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa mengorbankan keberagaman pelaku usaha yang ada.

Secara keseluruhan, KPPU menilai bahwa pengembangan teknologi satelit LEO dan layanan internet berbasis satelit harus terus diawasi untuk menghindari praktik monopoli dan memastikan bahwa industri tetap berkembang secara sehat. Pengawasan yang ketat akan membantu menjaga dinamika pasar agar tetap kompetitif dan berkelanjutan, serta memastikan bahwa manfaat teknologi ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di wilayah 3T yang seringkali terpinggirkan dalam hal akses informasi dan teknologi.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait