Tren Teknologi Biometrik Transformasi Kehidupan di Indonesia 2025
- Rita Puspita Sari
- •
- 12 Nov 2024 09.20 WIB
Di era digital yang serba cepat, teknologi biometrik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, menghadirkan transformasi besar dalam keamanan dan efisiensi di berbagai sektor. Laporan pasar biometrik global yang dirilis oleh GII Research pada tahun 2024 mengungkapkan bahwa industri ini diprediksi akan tumbuh pesat dengan nilai mencapai USD 83,23 miliar pada tahun 2028, meningkat dari USD 45,89 miliar di tahun 2024. Pertumbuhan ini mendorong hadirnya inovasi biometrik baru yang tidak hanya memperkuat keamanan, tetapi juga mempermudah pengalaman pengguna di banyak bidang.
HID Global, salah satu pemimpin dalam solusi identitas global, memproyeksikan bahwa tren biometrik yang berkembang, seperti otentikasi multimodal, otentikasi bebas hambatan, dan deteksi keaktifan akan terus berlanjut. Tren ini diperkirakan akan berperan penting dalam membentuk industri biometrik di Indonesia pada tahun 2025.
Otentikasi Multifaktor di Dunia Perbankan dan Fintech
Bank-bank besar di Indonesia, seperti BNI dan BRI, telah menerapkan otentikasi biometrik seperti sidik jari dan pengenalan wajah pada aplikasi perbankan mereka. Teknologi ini memungkinkan nasabah untuk mengakses layanan dengan aman dan nyaman, karena sistemnya menggabungkan beberapa faktor biometrik sekaligus. Dengan otentikasi multifaktor, potensi penipuan dapat dikurangi secara signifikan, sementara keamanan dan kenyamanan bagi pengguna semakin meningkat.
Integrasi metode otentikasi ini menjadi sangat penting terutama di sektor perbankan dan fintech yang rentan terhadap kejahatan siber. Kemudahan akses keuangan tanpa perlu menggunakan kata sandi secara manual juga mendukung tren digitalisasi dan pengalaman perbankan yang lebih modern.
Otentikasi Bebas Hambatan di Ruang Publik
Bandara, pelabuhan, stadion, hingga pusat perbelanjaan di Indonesia semakin banyak mengadopsi teknologi biometrik. Misalnya, di Pelabuhan Ferry Batam Centre, sistem Autogate dengan pengenalan wajah telah diimplementasikan untuk mengurangi antrian panjang dan meningkatkan efisiensi pemeriksaan imigrasi. Sistem ini memungkinkan proses verifikasi identitas berjalan secara cepat dan tanpa kontak fisik, sehingga pengalaman pengguna menjadi lebih nyaman dan aman.
Menurut Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim, sistem Autogate ini mampu mengurangi waktu tunggu secara drastis. Sistem ini bahkan terhubung dengan database internasional seperti Interpol, yang memungkinkan pemantauan keamanan lintas negara secara lebih efektif dan mencegah masuknya individu yang mungkin terkait aktivitas ilegal.
Deteksi Keaktifan Langsung untuk Menghadapi Ancaman Penipuan
Peningkatan kejahatan digital membuat kebutuhan akan deteksi keaktifan langsung semakin mendesak. Teknologi ini berfungsi memastikan bahwa individu yang melakukan otentikasi biometrik adalah orang yang asli dan bukan hanya gambar atau rekaman. Sektor-sektor seperti keuangan dan e-commerce mulai menggunakan teknologi deteksi keaktifan, seperti instruksi berkedip saat melakukan pengenalan wajah, untuk memastikan keaslian identitas.
Dengan adanya deteksi keaktifan, risiko penipuan dapat diminimalisir karena hanya individu yang memenuhi syarat yang bisa melewati otentikasi biometrik. Teknologi ini juga memberikan perlindungan ekstra bagi pengguna dengan memastikan bahwa data pribadi mereka tidak dapat disalahgunakan.
Biometrik Edge yang Mendukung Kinerja Lokal
Seiring perkembangan edge computing, pemrosesan data biometrik kini dapat dilakukan secara lokal pada perangkat tanpa perlu mengirim data ke server terpusat. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk menjaga privasi pengguna dan mengurangi ketergantungan pada koneksi internet yang stabil. Di Indonesia, edge biometrics mulai diimplementasikan dalam sistem kunci pintar di berbagai properti dan fasilitas publik seperti pusat perbelanjaan.
Selain itu, Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas Polri) telah menerapkan teknologi pengenalan wajah pada sistem tilang elektronik (ETLE). Teknologi ini memungkinkan pemantauan dan pelaksanaan aturan lalu lintas secara otomatis, yang mengurangi beban kerja petugas sekaligus memastikan keamanan data pribadi masyarakat.
Tren Masa Depan Teknologi Biometrik di Indonesia
Di masa depan, biometrik diperkirakan akan semakin terintegrasi dalam sistem e-governance, keamanan nasional, dan sektor kesehatan. Tren ini dipicu oleh kebutuhan akan sistem keamanan yang lebih kuat dan operasional yang lebih efisien, terutama di tengah perkembangan dunia digital yang kian pesat. Penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada biometrik juga akan meningkatkan akurasi dan mengidentifikasi potensi ancaman keamanan secara cepat.
Secara keseluruhan, perkembangan biometrik di Indonesia akan terus melaju seiring dengan tuntutan keamanan yang semakin tinggi dan kebutuhan untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Teknologi ini akan memainkan peranan penting dalam membentuk masa depan kehidupan digital di Indonesia.