Waspadai Serangan Siber di Musim Liburan dan Harbolnas
- Rita Puspita Sari
- •
- 19 jam yang lalu
Musim liburan akhir tahun merupakan salah satu periode yang paling dinantikan oleh banyak orang. Salah satu momen penting yang menjadi sorotan adalah Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang jatuh pada 12 Desember setiap tahunnya. Pada masa ini, aktivitas belanja online dan transaksi keuangan meningkat pesat, menciptakan peluang besar bagi konsumen untuk mendapatkan penawaran menarik. Namun, lonjakan aktivitas ini juga menjadi sasaran empuk bagi para pelaku kejahatan siber.
Menurut Palo Alto Networks, sebuah perusahaan keamanan siber global terkemuka, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman siber selama musim liburan. Serangan siber seperti phishing, pemalsuan situs web, hingga penipuan pembayaran dapat memanfaatkan euforia konsumen dalam mencari promo dan diskon.
Keamanan Siber Indonesia di Tengah Lonjakan Aktivitas Online
Berdasarkan laporan National Cyber Security Index (NCSI) tahun 2023, indeks keamanan siber Indonesia berada di angka 63,64 dari 100 poin, menempatkan Indonesia di peringkat ke-49 dari 176 negara. Meski ini menunjukkan perkembangan, angka tersebut juga mengindikasikan bahwa keamanan siber di Indonesia masih rentan terhadap berbagai ancaman.
Selama musim liburan dan Harbolnas, risiko serangan siber meningkat seiring dengan tingginya aktivitas pencarian promo belanja, pemesanan tiket perjalanan, hingga transfer uang untuk hadiah. Hal ini memicu kebutuhan untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang lebih kuat di setiap tahap transaksi online.
Ancaman Siber yang Mengintai Selama Harbolnas
Adi Rusli, Country Manager Palo Alto Networks di Indonesia, menegaskan bahwa pendekatan proaktif terhadap keamanan siber adalah lini pertahanan utama yang perlu diadopsi oleh pelaku bisnis dan konsumen untuk memastikan transaksi online yang aman dan terjamin.
Harbolnas menjadi momen yang sangat ditunggu oleh banyak konsumen Indonesia untuk memanfaatkan berbagai diskon dan penawaran menarik. Namun, seiring dengan lonjakan transaksi e-commerce dan belanja online pada periode tersebut, potensi ancaman terhadap keamanan data dan transaksi juga semakin tinggi. Pada masa puncak belanja seperti Harbolnas, berbagai ancaman siber kerap muncul. Berikut beberapa di antaranya:
- Phishing
Penipuan melalui email atau pesan palsu yang tampak seperti berasal dari pihak resmi. Tujuannya adalah mencuri informasi pribadi atau keuangan. - Pemalsuan Situs Web
Situs palsu yang menyerupai platform belanja terpercaya sering digunakan untuk menipu konsumen dan mencuri data mereka. - Penipuan Pembayaran
Modus ini melibatkan transaksi palsu yang merugikan konsumen dan penjual. - Serangan Ransomware
Jenis serangan ini mengunci data penting pengguna atau perusahaan hingga uang tebusan dibayarkan. - Distributed Denial of Service (DDoS)
Serangan yang membanjiri situs web ritel dengan traffic berlebihan, mengakibatkan downtime dan mengganggu pengalaman pelanggan.
Tren Pertumbuhan Perbankan Digital dan E-commerce di Indonesia
Data yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan adanya pertumbuhan signifikan dalam sektor perbankan digital di Indonesia. Pada bulan Oktober 2024, transaksi perbankan digital mengalami kenaikan yang solid sebesar 37,1%, dengan lebih dari 1,9 juta transaksi yang tercatat (year-on-year). Tren ini mencerminkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap transaksi perbankan melalui platform digital.
Di sisi lain, sektor e-commerce Indonesia juga mengalami perkembangan yang pesat. Kementerian Perdagangan memproyeksikan pertumbuhan transaksi e-commerce di Indonesia akan meningkat sebesar 2,8% menjadi Rp487 triliun pada tahun 2024, dan diperkirakan akan mencapai Rp503 triliun pada tahun 2025. Proyeksi ini menunjukkan betapa besar potensi pasar yang ada di Indonesia, namun juga menambah tantangan dalam menjaga keamanan transaksi digital di tengah lonjakan volume transaksi yang terus meningkat.
Praktik Terbaik untuk Melindungi Diri dari Ancaman Siber
Palo Alto Networks merekomendasikan beberapa langkah yang dapat diambil konsumen untuk memastikan keamanan selama belanja online:
- Verifikasi Keaslian Informasi
Selalu periksa keaslian email, penawaran, atau tautan sebelum mengklik. Hindari domain yang tidak dikenal dan perhatikan kesalahan eja pada tautan atau lampiran. - Aktifkan Autentikasi Multi-Faktor (MFA)
MFA menambahkan lapisan keamanan tambahan pada akun online, terutama saat melakukan transaksi. - Gunakan Platform Resmi
Hindari berbelanja melalui situs web yang tidak terpercaya. Pilih platform belanja online yang sudah terverifikasi dan memiliki reputasi baik. - Waspadai Penipuan Phishing
Jangan tergoda dengan penawaran yang tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Selalu periksa ulang keabsahan penawaran. - Perkuat Kata Sandi
Gunakan kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun. Memanfaatkan pengelola kata sandi juga bisa menjadi pilihan untuk keamanan tambahan. - Hindari Memberikan Informasi Pribadi
Jangan pernah membagikan data sensitif seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau informasi perbankan tanpa otorisasi.
Peran Bisnis dalam Meningkatkan Keamanan Siber
Selain konsumen, pelaku bisnis juga memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi data pengguna. Bisnis perlu memperkuat sistem keamanan mereka terhadap ancaman seperti:
- Malware pada Aplikasi Seluler
Perangkat lunak berbahaya yang dapat mencuri data pengguna dari aplikasi belanja. - Rekayasa Sosial (Deepfake)
Modus yang memanfaatkan teknologi canggih untuk memanipulasi data dan informasi. - Serangan Phishing dan Ransomware
Penipuan yang bertujuan mencuri data sensitif atau menuntut tebusan atas data yang dienkripsi.
Implementasi framework Zero Trust menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi sistem perusahaan. Dengan pendekatan ini, bisnis dapat meningkatkan deteksi ancaman, merespons insiden secara real-time, dan melindungi data sensitif konsumen.
Peran Zero Trust dalam Keamanan Siber
Zero Trust adalah konsep keamanan yang mengasumsikan bahwa semua akses, baik dari dalam maupun luar organisasi, harus diverifikasi. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat:
- Meningkatkan visibilitas terhadap ancaman.
- Merampingkan operasi keamanan.
- Menjamin pengalaman pengguna yang aman tanpa mengorbankan kenyamanan.
Menurut Adi Rusli, Country Manager untuk Palo Alto Networks di Indonesia, keamanan siber adalah tanggung jawab bersama antara pemilik bisnis, karyawan, dan konsumen. "Dengan menumbuhkan budaya kewaspadaan dan keamanan secara proaktif, kita dapat melindungi diri kita sendiri di tengah ancaman siber yang terus berkembang," ujarnya.
Musim liburan dan Harbolnas adalah waktu yang menggembirakan, tetapi juga membawa risiko besar dalam bentuk serangan siber. Konsumen dan bisnis harus bekerja sama untuk meningkatkan keamanan online mereka. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti verifikasi informasi, penggunaan MFA, dan pendekatan Zero Trust, risiko dapat diminimalkan.
Keamanan siber bukan hanya tentang melindungi data, tetapi juga memastikan pengalaman yang aman dan nyaman bagi semua pihak. Dengan kewaspadaan yang tinggi dan tindakan proaktif, kita dapat menikmati momen belanja online tanpa khawatir ancaman siber yang mengintai.