XL Axiata Hadirkan Solusi IoT untuk Kebutuhan Industri Cold Chain
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 30 Mei 2022 13.29 WIB
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) mengembangkan solusi berbasis teknologi internet of things (IoT) untuk pelaku usaha dari berbagai segmen. Solusi ini bernama Temptrax 2501 yang dikembangkan di lab pengembangan IoT XL Axiata, X-Camp, berupa smart chiller untuk menjawab kebutuhan industri cold chain.
Solusi ini oun bertujuan untuk membantu permasalahan dalam rantai industri yang berbasis cold storage untuk menjaga kualitas produk berupa makanan maupun obat-obatan, dengan cara menjaga melakukan monitoring pada suhu lingkungan tempat penyimpanan.
Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa menjelaskan bahwa Temptrax 2501 adalah Minimum Viable Product (MVP) yang dibuat oleh X-Camp, dan siap untuk diproduksi secara masif.
“Kustomisasi terkait fitur, SLA, dan harga saat ini masih perlu kami pelajari lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan user sebelum melanjutkan ke ranah komersialisasi. Saat ini Temptrax juga sudah dapat terintegrasi dengan sistem SMILE milik Kementerian Kesehatan,” kata Gede dalam siaran pers, Sabtu (28/5/2022).
X-Camp sendiri telah mengembangkan Temptrax 2501 sejak tahun 2021. Solusi berbasis IoT ini masih dalam bentuk prototipe saat ini, untuk kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pengguna dari kalangan industri.
Namun demikian, setelah melalui beberapa uji coba dalam beberapa bulan, semua fungsi pada Temptrax 2501 sudah bisa bekerja secara optimal sejak perilisannya pada 1 April 2022, untuk selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Gede menjelaskan, bahwa solusi IoT ini awalnya diciptakan berdasarkan situasi saat pandemi, di mana proses pendistribusian vaksin COVID-19 belum tersebar dengan mereka ke seluruh Indonesia, serta pengecekan suhu vaksin COVID-19 masih dilakukan secara manual di lokasi penyimpanan.
Selain itu, solusi Temptrax 2501 pun hadir mengingat Indonesia merupakan pasar terbesar ke-7 di dunia untuk industri cold chain. Solusi ini pun dapat mengatasi permasalahan serupa pada industri F&B (food & beverage) seperti frozen food atau makanan beku dan es krim.
Temptrax 2501 sendiri memiliki kemampuan untuk dapat melakukan monitoring suhu hingga minus 55 derajat celcius, serta memiliki fitur local data logger. Seluruh fitur ini pun dapat diakses dengan sinyal 2G, 3G, maupun 4G melalui dashboard monitoring.
Melalui fitur pemantauan dengan dashboard ini, user kemudian dapat mengetahui posisi lokasi alat pendingin. Solusi berbasis IoT ini juga menyediakan data untuk keperluan analisis kualitas produk. Selain itu, Temptrax 2501 juga memiliki backup battery sehingga dapat menjamin ketersediaan daya selama melakukan monitoring suhu.
Temptrax 2501 bekerja dengan ditempatkan di dalam ruang penyimpanan bersuhu dingin, untuk kemudian dapat mengukur suhu di dalamnya. Solusi yang dilengkapi dengan GPS ini kemudian dapat mendeteksi posisi alat pendingin, dan data yang dihasilkan dari sensor pun bisa langsung dikirimkan melalui server IoT melalui mode komunikasi GSM.
Pengguna kemudian dapat mengakses data-data tersebut melalui perangkat monitoring khusus ataupun melalui smartphone. Metode monitoring suhu lingkungan yang akurat oleh solusi IoT ini kemudian dapat mencegah dan menanggulangi masalah di tempat penyimpanan bersuhu dingin. Perlakuan tepat bagi komoditas pun dapat meningkatkan kualitas produk.
Gede menuturkan bahwa Temptrax 2501 menyasar ceruk pasar yang spesifik serta potensial untuk berkembang dalam 5 hingga 10 tahun mendatang. Potensi industri cold chain untuk berkembang di Indonesia sendiri diproyeksikan menjadi yang terbesar ke-7 di Indonesia pada 2030, sehingga menjadi peluang untuk Temptrax 2501.
“Solusi yang ditawarkan oleh Temptrax 2501 akan bisa menjawab kebutuhan pelaku industri cold chain di Indonesia,” pungkas Gede.