AWS Rencanakan Pusat Data Baru di Taiwan untuk 2025
- Pabila Syaftahan
- •
- 13 Jun 2024 17.36 WIB
AWS telah mengumumkan rencana untuk mendirikan wilayah infrastruktur baru di Taiwan yang direncanakan akan beroperasi pada awal tahun 2025. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap permintaan yang terus meningkat untuk layanan cloud di kawasan Asia-Pasifik. Sejak tahun 2014, AWS telah melakukan berbagai investasi di Taiwan, termasuk penambahan Local Zone kedua di Taipei yang diumumkan pada Mei 2022. Namun, dengan peluncuran wilayah AWS Asia Pasifik (Taipei) yang baru, AWS akan membuka pusat data berskala besar yang dirancang untuk menyediakan layanan transmisi data berkecepatan tinggi dan latensi rendah, memanfaatkan penyimpanan lokal untuk melayani pelanggan di Taiwan dengan lebih efisien.
AWS saat ini mengoperasikan pusat data di berbagai belahan dunia, menawarkan berbagai layanan cloud termasuk komputasi, penyimpanan, basis data, analitik, robotika, pembelajaran mesin, dan kecerdasan buatan. Beberapa perusahaan besar di Taiwan sudah memanfaatkan layanan AWS untuk memproses beban kerja mereka. Di antara perusahaan-perusahaan tersebut adalah Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), Chunghwa Telecom, Cathay Financial Holding, Acer, Trend Micro, dan Gamania Digital Entertainment.
Prasad Kalyanaraman, Wakil Presiden Layanan Infrastruktur AWS, menekankan bahwa peluncuran wilayah baru di Taiwan akan memberikan kesempatan bagi bisnis untuk memanfaatkan teknologi cloud dengan lebih optimal dan mendapatkan manfaat penuh dari penawaran layanan AWS yang luas.
Dalam istilah sederhana, sebuah wilayah AWS adalah kumpulan pusat data yang terhubung dalam suatu area geografis tertentu. Saat ini, AWS telah memperluas operasinya ke 105 zona ketersediaan yang tersebar di 33 wilayah geografis di seluruh dunia. Zona ketersediaan ini merupakan lokasi terisolasi dalam sebuah wilayah yang mengandung satu atau lebih pusat data dengan fasilitas daya, pendinginan, dan keamanan fisik yang redundan.
Ekspansi ini bertujuan untuk melayani berbagai jenis entitas, termasuk pengembang, startup, perusahaan, organisasi nirlaba, lembaga pendidikan, serta bisnis dari berbagai sektor seperti hiburan dan layanan keuangan. Dengan adanya tambahan lokasi ini, para pelanggan akan memiliki lebih banyak opsi untuk menerapkan aplikasi mereka dan melayani pengguna dari pusat data yang berada di Taiwan. AWS juga menyebutkan bahwa mereka akan tetap memberikan opsi kepada pelanggan yang membutuhkan penyimpanan konten secara lokal di Taiwan agar tetap dapat menyimpan data mereka di dalam negeri.
AWS berencana untuk menginvestasikan miliaran dolar di Taiwan selama 15 tahun ke depan sebagai bagian dari komitmen jangka panjang mereka terhadap wilayah ini. Investasi besar ini menandakan betapa pentingnya Taiwan dalam rencana ekspansi global AWS, serta menegaskan posisi Taiwan sebagai pemain penting dalam lanskap teknologi global.
Ekspansi AWS di Taiwan juga merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk memperkuat kehadiran AWS di Asia-Pasifik. Pada bulan Maret lalu, AWS mengumumkan investasi sebesar minimal $6 miliar hingga tahun 2037 untuk mendirikan wilayah baru di Malaysia. Selain itu, pada Oktober 2022, perusahaan ini juga mengumumkan rencana investasi sebesar $5 miliar selama 15 tahun di Thailand. Kedua pengumuman tersebut mengikuti peluncuran AWS Asia Pasifik (Jakarta) Region di Jakarta, Indonesia pada Desember 2021.
Perusahaan teknologi terkemuka lainnya juga tengah mengalirkan dana besar di kawasan Asia-Pasifik. Pemerintah Malaysia berupaya untuk memperluas ekonomi digital dan menarik perusahaan teknologi tinggi dengan harapan dapat membentuk pusat teknologi di negara tersebut. Google telah mengumumkan investasi sebesar $2 miliar untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertamanya di Malaysia. Microsoft juga merencanakan investasi dalam inisiatif kecerdasan buatan (AI) dan cloud di Malaysia, serta kesepakatan serupa di Thailand dan Indonesia, sebagai bagian dari fokus baru mereka pada kawasan Asia Tenggara.
Menurut Synergy Research Group, AWS saat ini memimpin pasar layanan infrastruktur cloud dengan pangsa pasar sebesar 31% pada kuartal pertama tahun ini. Posisi ini menempatkan Azure dari Microsoft di posisi kedua, menunjukkan betapa kompetitifnya industri cloud yang saat ini menjadi salah satu sektor teknologi terpanas di dunia.