Elon Musk Gugat OpenAI: Tuduh Sam Altman Serakah dan Penipu
- Muhammad Bachtiar Nur Fa'izi
- •
- 13 Agt 2024 00.02 WIB
Elon Musk, pengusaha visioner yang dikenal luas karena perannya dalam mengembangkan sejumlah teknologi canggih, telah mengambil langkah hukum terhadap Sam Altman, CEO OpenAI, dan organisasi tersebut, yang menjadi terkenal berkat produk inovatif seperti ChatGPT.
Dalam gugatan ini, Musk mempertanyakan keaslian klaim OpenAI yang menyatakan bahwa mereka beroperasi dengan prinsip terbuka dan nirlaba. Kuasa hukumnya mengungkapkan bahwa Musk merasa kecewa dan dirugikan setelah menyaksikan perubahan arah kebijakan OpenAI, yang pada awalnya berkomitmen untuk penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan dengan tujuan kemanusiaan, namun kini terkesan menjadi entitas yang lebih tertutup dan berpikir secara komersial.
Gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Federal California, dan sebagian besar merupakan pengulangan dari gugatan yang diajukan pada bulan Februari lalu, yang kabarnya dicabut secara diam-diam oleh Musk pada bulan Juni, mungkin karena adanya negosiasi atau pertimbangan strategis lainnya
Dalam dokumen hukum yang disampaikan, Musk menuduh Altman dan timnya telah melakukan 15 pelanggaran yang signifikan, yang menurutnya merupakan bagian dari skema untuk mengeksploitasi kekhawatirannya terhadap implikasi etis dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh kecerdasan buatan.
Musk merasa telah ditipu untuk memberikan dukungan finansial yang besar, total mencapai 44,6 juta dolar AS, selama periode antara 2016 dan 2020, dengan asumsi bahwa investasi ini akan mendukung visi awal OpenAI sebagai organisasi yang berfokus pada penelitian nirlaba. Kini, Musk berpendapat bahwa keputusan OpenAI untuk bertransformasi menjadi sebuah perusahaan tertutup yang berorientasi laba menciptakan persepsi bahwa tujuan dan nilai asli dari pendirian lembaga tersebut telah disingkirkan.
Melalui gugatan ini, Musk menuntut ganti rugi finansial, berharap bahwa tindakan hukum ini dapat menggugah kesadaran akan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengembangan teknologi yang dikhawatirkan memiliki dampak besar terhadap masyarakat
Tim kuasa hukum Musk secara tegas menuduh bahwa Altman dan rekan-rekannya telah menipu Musk dengan memanfaatkan kekhawatiran mendalam yang dimilikinya tentang potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh kecerdasan buatan yang tidak terkontrol.
Gugatan ini mengklaim dengan jelas bahwa Musk telah memberikan dukungan finansial yang cukup signifikan, mencapai 44,6 juta dolar AS, antara tahun 2016 dan 2020. Dukungan tersebut diberikan dengan keyakinan kuat bahwa dana tersebut akan digunakan untuk tujuan mulia, yaitu pengembangan AI yang bersifat sumber terbuka dan aman. Hal ini mencerminkan idealisme awal Musk dan visi ambisiusnya mengenai AI yang dapat diakses dan bermanfaat bagi kemanusiaan
Namun, masalah serius mulai muncul ketika, dalam perbincangan internal pada tahun 2017-2018, Altman dan Greg Brockman mengungkapkan rencana untuk mengubah OpenAI menjadi entitas yang berorientasi laba. Inisiatif ini sejatinya bertentangan dengan nilai-nilai awal yang diusung oleh Musk, yang menginginkan pengembangan teknologi AI yang transparan dan dapat dimanfaatkan oleh semua orang.
Ketegangan semakin meningkat ketika OpenAI resmi meluncurkan lini bisnis berorientasi laba, dan secara signifikan menolak untuk menyediakan model AI canggih seperti GPT-4 dan model-model berikutnya secara terbuka, sebuah tindakan yang sangat dikhawatirkan Musk
Gugatan ini juga melanjutkan kritik tajam terhadap hubungan bisnis yang terjalin antara OpenAI dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft, Reddit, dan Helion Energy. Musk merasa dikhianati oleh Altman dan timnya, yang ia anggap telah berkhianat terhadap visi yang awalnya diperjuangkan. Dalam gugatan tersebut, Musk dengan tegas mengklaim bahwa terjadi pelanggaran kontrak oleh OpenAI, yang berdampak besar pada kepercayaan dan investasi yang telah ia berikan.
Setelah momen ini, untuk mengekspresikan kembali aspirasi dan keyakinannya pada AI yang lebih etis, Musk mendirikan laboratorium AI generatif yang dinamakan xAI. Di sinilah ia memimpin pengembangan chatbot Grok, yang saat ini dapat diakses di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, membawa kembali visi awalnya ke dalam dunia teknologi yang terus berkembang