Teknologi Cloud Computing Kurang Sesuai untuk Korporasi Besar
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 08 Jul 2022 15.00 WIB
Laporan The Future of Cloud in Asia Pacific dari CISCO dan BCG menunjukkan, bahwa pengeluaran untuk infrastruktur dan teknologi informasi (TI), serta public cloud di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Sementara untuk compound annual growth rate (CAGR) layanan public cloud di Indonesia sendiri mencapai 25%, yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malaysia sebesar 23% dan Singapura 20%. Namun cloud di Indonesia dinilai masih belum terlalu berkembang.
CEO PT Equnix Business Solutions Julyanto Sutandang mengatakan, bahwa teknologi virtualisasi yang digunakan pada layanan komputasi awan atau cloud computing secara teknis dapat memungkinkan pelaksanaan proses multipleks pada hardware thread (HT), yang secara bisnis dapat memberikan keuntungan.
“Cloud memang bagus dan menarik untuk ritel, startup, dan UMKM, tetapi kurang cocok untuk korporasi yang butuh mission critical,” kata Julyanto dalam acara Equnix Weekly Tech Talk 2022, melansir dari Beritasatu.com, Jumat (8/7/2022).
Julyanto kemudian menjelaskan bahwa mission critical atau misi kritis yang dimaksud adalah kondisi kritis pada suatu sistem, yang tidak boleh out of service dalam kondisi apapun serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi dalam berbagai aspek.
Sederhananya, pengoperasian server tersebut sangat penting untuk dapat menjalankan aktivitas rutin, seperti sistem internet banking, ATM, serta aplikasi pelayanan publik yang harus terus memberikan layanan pada masyarakat setiap saat secara online.
“Teknologi cloud sejatinya dibuat untuk ritel, sehingga mudah digunakan di mana dan kapan saja untuk membayar yang dipakai saja atau pay as you go, sehingga terasa murah serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan,” tutur Julyanto.
Julyanto kemudian melanjutkan, hal ini kemudian membuat layanan ritel tentunya tidak akan mau direpotkan oleh kebutuhan korporasi besar, yang tentu menginginkan pelayanan secara premium. Cloud yang didesain untuk ritel kemudian tidak cocok untuk digunakan oleh korporasi.
Pada kesempatan yang sama, Pengajar dan Konsultan Pemerintah dalam Bidang Teknologi Informasi, I Made Wiryana menambahkan bahwa faktor level keamanan dan kenyamanan yang tinggi dalam menjaga kestabilan serta kemudahan untuk di-maintain dan dioperasikan menjadi alasan utama korporasi besar memilih sistem teknologi yang akan digunakan.
“Pada public cloud, kita merasa seperti kita bisa mengontrol padahal tidak punya kontrol sama sekali. Korporasi besar pastinya ingin memiliki total kontrol, sedangkan jika dikelola dengan cara masa lalu maka akan sangat merepotkan, apalagi jika tidak punya departemen TI yang bagus,” jelas Made.
Made pun mengatakan bahwa korporasi akan membutuhkan layanan teknologi yang premium untuk memberikan keleluasaan, fleksibilitas, serta kontrol sepenuhnya untuk menjaga keandalan, ketersediaan, serta pertumbuhan korporasi. Oleh karena itu, cloud yang ingin digunakan pun harus dapat memenuhi kriteria tersebut.