IoT Dorong Produktivitas, TIBCO Tawarkan Konsep Pabrik Digital
- Arundati Swastika Waranggani
- •
- 30 Mar 2021 12.53 WIB
Revolusi industri 4.0 saat ini telah melahirkan berbagai inovasi teknologi untuk mendukung industri manufaktur yang lebih produktif. Namun, sebagian besar bisnis di sektor ini tertinggal dalam upaya modernisasi. Hambatan seperti anggaran, sumber daya, integrasi, hingga keamanan siber jadi beberapa faktor yang menghambat perkembangan teknologi manufaktur.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI) meyakini bahwa teknologi digital seperti komputasi awan (cloud computing) serta Industrial Internet of Things (IIoT) sangat penting untuk dapat mendorong produktivitas industri di sektor manufaktur, termasuk pula industri kecil dan menengah atau IKM.
Nick Lim, General Manager TIBCO Asia Pasifik dan Jepang (APJ) menyampaikan, produsen saat ini tengah menghadapi banyak tantangan seperti kompleksitas produk yang semakin meningkat, siklus produksi yang lebih pendek, serta peningkatan persaingan pasar global.
Maka agar perusahaan bisa bertahan dan tetap kompetitif menghadapi tantangan ini, mereka harus berupaya membawa inovasi baru untuk mengukur dan memanfaatkan teknologi baru seperti analitik data, kecerdasan buatan atau artificial intelligence, machine learning, serta digital twins agar ada nilai lebih bagi pelanggan mereka.
“Adopsi teknologi baru ini tidak hanya akan mengungkap peluang bisnis baru, tetapi juga membuka aliran pendapatan baru dan memungkinkan monetisasi aset data untuk keunggulan kompetitif yang berkelanjutan,” tutur Nick melalui keterangan resmi, Senin (29/3/2021).
Nick melanjutkan, data pelanggam bisa memberi kejelasan bagi perusahaan untuk memahami pasar, memprediksi serta menyesuaikan dengan preferensi pelanggan, memperkirakan permintaan, mengoptimalkan inventaris, hingga memantau persediaan produk.
Penerapan teknologi IIoT dapat mendorong peningkatan produktivitas industri manufaktur dengan mengoptimalkan produksi, memantau inventaris bahan, menganalisis pola pengadaan, serta mendorong manajemen yang lebih efisien.
Selain itu, pemanfaatan IIoT dapat menghemat biaya karena menggunakan analitik, machine learning, dan kontrol proses statistik multivariasi (SPC) untuk melakukan analisis terhadap data mesin dalam jumlah besar dan dari sumber yang berbeda.
“Saat sektor manufaktur negara memanfaatkan kekuatan transformatif teknologi digital, mereka dapat membentuk ekosistem yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Ekosistem TIBCO memberikan kecerdasan manufaktur yang mendigitalkan bisnis, mengoptimalkan biaya, mempercepat inovasi dengan kesadaran kontekstual secara real time,” kata Nick.
Nick juga mengatakan bahwa guna menciptakan ekosistem cerdas yang akan memungkinkan organisasi untuk menjadi lebih sadar dan prediktif secara situasional, dibutuhkan sebuah pabrik digital yang menggabungkan sistem fisik berinstrumen dan IIoT untuk memungkinkan pabrik beralih dari reaktif ke proaktif dalam pengelolaan produk, proses, mesin, serta rantai pasokan.
Pabrik pintar sendiri, Nick menjelaskan, adalah ekosistem yang terhubung tempat, orang, sensor, perangkat, dan peralatan bertukar serta menangkap informasi secara real rime di semua tahap proses produksi.
“Semua data yang relevan dihubungkan, digabungkan, dianalisis, dan ditindaklanjuti secara proaktif. Kecerdasan manufaktur ini bisa mengoptimalkan proses dan biaya, meningkatkan kualitas, mempercepat inovasi, serta mendefinisikan ulang pengalaman pelanggan,” jelas Nick.
Nick kemudian menutup dengan menyatakan bahwa meningkatnya efisiensi gudang melalui peningkatan produksi memanfaatkan fasilitas produksi baru yang diaktifkan secara digital, bisnis di bidang manufaktur dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar yang terjadi.