Waspada! Modus Penipuan Online Kian Canggih, Jangan Terjebak!
- Rita Puspita Sari
- •
- 5 jam yang lalu

Ilustrasi Penipuan Online
Kemajuan teknologi tidak hanya membawa manfaat, tetapi juga membuka peluang bagi para penipu untuk melancarkan aksi kejahatan siber. Mereka memanfaatkan berbagai metode manipulasi psikologis, atau yang dikenal sebagai social engineering, untuk mengelabui korban dan mendapatkan akses ke data pribadi, termasuk informasi keuangan.
Salah satu modus yang sering digunakan adalah penyebaran file berformat APK yang disamarkan sebagai foto paket, tagihan, pengumuman bank, hingga undangan pernikahan. Begitu file ini diunduh dan diinstal, perangkat korban bisa terinfeksi malware yang memungkinkan pelaku mencuri informasi dan membobol rekening korban.
Berikut adalah beberapa modus penipuan yang marak terjadi di Indonesia:
- Penipuan Berhadiah Undian Palsu
Modus ini sering kali mengatasnamakan perusahaan besar seperti bank, operator seluler, atau marketplace. Korban menerima pesan melalui SMS, WhatsApp, atau email yang menyatakan bahwa mereka telah memenangkan hadiah besar, seperti uang tunai atau mobil.Untuk mengklaim hadiah, korban diminta mengunduh file APK atau mengisi data pribadi di situs web palsu. Setelah data diinput, pelaku dapat mencuri informasi perbankan korban dan melakukan transaksi ilegal. Jika mendapatkan pesan serupa, sebaiknya abaikan dan periksa informasi resmi di situs atau layanan pelanggan perusahaan terkait.
- Penipuan Investasi Bodong dengan Aplikasi Palsu
Modus ini memanfaatkan aplikasi investasi palsu yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Penipu biasanya menyebarkan APK aplikasi investasi melalui WhatsApp atau media sosial, mengklaim bahwa aplikasi tersebut adalah bagian dari platform investasi resmi.Setelah korban mendaftar dan menyetor dana, aplikasi akan menampilkan saldo yang terus bertambah untuk meyakinkan korban agar menambah investasi. Namun, ketika korban mencoba menarik dana, aplikasi akan error atau tidak bisa diakses.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Satgas Waspada Investasi (SWI) telah berkali-kali mengingatkan masyarakat untuk hanya berinvestasi di platform yang terdaftar secara resmi.
- Penipuan Modus Rekening Tertukar dalam Transaksi Online
Pelaku berpura-pura sebagai pembeli atau penjual dalam transaksi online dan menggunakan modus rekening tertukar. Mereka akan mengirimkan bukti transfer palsu atau meminta korban mengembalikan uang yang diklaim salah transfer.Dalam beberapa kasus, pelaku mengaku sebagai penjual dan memberikan nomor rekening palsu kepada pembeli, sehingga uang transaksi masuk ke rekening pihak ketiga.
Setelah dana ditransfer, pelaku akan menghilang. Masyarakat disarankan untuk selalu melakukan verifikasi identitas penjual dan memastikan rekening tujuan sesuai dengan nama resmi pemilik akun.
- Penipuan Lowongan Kerja Palsu
Pelaku menyebarkan informasi lowongan kerja fiktif melalui media sosial atau platform pesan singkat, sering kali mengatasnamakan perusahaan ternama. Korban yang tertarik akan diarahkan untuk mengisi formulir online atau mengunduh file APK untuk proses administrasi.File tersebut berisi malware yang dapat mencuri data korban, termasuk akses ke akun perbankan dan email. Beberapa pelaku juga meminta biaya administrasi atau tes masuk, yang setelah dibayarkan, korban tidak pernah mendapat panggilan kerja. Untuk menghindari modus ini, selalu cek lowongan kerja hanya melalui situs resmi perusahaan dan hindari pembayaran apa pun dalam proses rekrutmen.
- Surat Peringatan Pajak Palsu
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mengingatkan wajib pajak agar berhati-hati terhadap email yang mengatasnamakan DJP.Menurut Dirjen Pajak Suryo Utomo, banyak email yang bersifat phishing, yaitu modus kejahatan siber yang bertujuan mencuri informasi pribadi. Salah satu ciri khas email palsu ini adalah alamat pengirim yang tidak menggunakan domain resmi @pajak.go.id.
Apabila menerima email mencurigakan, masyarakat disarankan untuk menghubungi kontak resmi DJP melalui email, kring pajak, atau media sosial resmi. Jika terjebak dalam phishing, data pribadi, termasuk saldo e-wallet dan mobile banking, bisa dicuri oleh pelaku.
- Undangan Pernikahan Palsu
Modus penipuan lain yang sempat viral adalah penyebaran file APK berkedok undangan pernikahan digital.Akun Twitter @txtfrombrand pernah membagikan tangkapan layar chat dari seorang penipu yang mengirimkan file "Surat Undangan Pernikahan Digital.apk" berukuran 6,6 MB dengan pesan:
"Kami harap kehadirannya."Penipu akan membujuk korban untuk membuka file tersebut dengan alasan mengecek apakah undangan itu benar-benar untuk mereka. Jika diinstal, file tersebut akan mengambil data pribadi korban dan berpotensi membobol rekeningnya.
- Surat Tilang Palsu
Pada Maret 2023, beredar modus penipuan baru melalui WhatsApp, di mana pelaku mengaku sebagai petugas kepolisian dan mengirimkan file APK berjudul "Surat Tilang-1.0.apk".Pesan ini disertai pernyataan bahwa penerima telah melanggar lalu lintas dan harus segera mengunduh file tersebut. Jika korban menginstalnya, data pribadi mereka bisa disusupi oleh malware.
Masyarakat diimbau untuk tidak sembarangan mengklik file dari sumber tidak dikenal dan selalu mengecek informasi tilang resmi melalui situs atau aplikasi yang terpercaya.
- Penipuan Mengatasnamakan MyTelkomsel
Modus ini melibatkan file APK yang dikirimkan melalui pesan singkat dengan mengatasnamakan aplikasi MyTelkomsel.Jika korban mengunduh dan menginstalnya, aplikasi ini akan meminta akses ke foto, video, SMS, serta akun layanan keuangan digital korban. Setelah mendapatkan akses, pelaku bisa mengambil alih kendali perangkat dan mencuri PIN, password, dan kode OTP korban.
Menurut Saki Hamsat Bramono, Vice President Corporate Communications Telkomsel, Telkomsel tidak pernah meminta pelanggan mengunduh file APK melalui pesan singkat atau aplikasi pihak ketiga.
- Pengumuman Palsu dari Bank
Penipuan ini dilakukan dengan mengirimkan file PDF palsu yang mengatasnamakan bank tertentu. Biasanya, isi pengumuman berkaitan dengan perubahan tarif transaksi atau kebijakan perbankan yang mencurigakan.Korban diberikan pilihan untuk menyetujui atau tidak menyetujui perubahan tersebut. Jika memilih "tidak setuju", mereka akan diarahkan ke link phishing untuk mengisi formulir. Di sinilah pencurian data pribadi terjadi.
- Hoaks Panggilan Tes BPJS Kesehatan
Di penghujung 2024, sempat beredar surat edaran palsu terkait panggilan tes calon pegawai BPJS Kesehatan dengan nomor surat 157/RECRUIT/PPS/IT/BPJS/2024.BPJS Kesehatan telah mengkonfirmasi melalui akun Instagram resminya bahwa informasi ini adalah hoaks. Rekrutmen pegawai hanya diumumkan melalui website resmi dan media sosial BPJS Kesehatan.
Cara Menghindari Penipuan Online
Agar tidak menjadi korban penipuan, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Jangan mengunduh file APK dari sumber tidak resmi
Jika menerima file dari nomor tak dikenal, abaikan dan jangan pernah menginstalnya. - Periksa alamat email atau domain pengirim
Email resmi dari pemerintah dan institusi selalu menggunakan domain asli, misalnya @pajak.go.id untuk DJP. - Waspada terhadap tautan mencurigakan
Jangan mengklik tautan yang mencurigakan, terutama jika diarahkan untuk mengisi data pribadi atau login ke akun tertentu. - Gunakan otentikasi dua faktor (2FA)
Aktifkan 2FA pada akun penting seperti email, mobile banking, dan media sosial untuk mencegah akses ilegal. - Laporkan penipuan ke pihak berwenang
Jika menerima pesan mencurigakan, segera laporkan ke OJK, bank terkait, atau pihak berwenang lainnya.
Penipuan online semakin canggih dan terus berkembang. Para pelaku menggunakan berbagai modus, mulai dari phishing, file APK berbahaya, hingga hoaks panggilan tes BPJS kesehatan.
Masyarakat harus lebih waspada terhadap email, pesan WhatsApp, atau tautan yang mencurigakan. Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak berasal dari sumber resmi, dan selalu lakukan verifikasi sebelum mengklik atau mengunduh sesuatu.
Tetap waspada, lindungi data pribadi Anda, dan jangan sampai menjadi korban kejahatan siber!